Total Tayangan Halaman

Kamis, 03 November 2011

TUGAS JURNAL PEDO I

PERAWATAN STAINLESS STEEL CROWN BERJENDELA PADA GIGI DEPAN SULUNG
Romauli Margareth
Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155

Abstract
Stainless steel crown can be used to overcome problems in pediatric dentistry with three or more carious surface when there is an inadequate retention of amalgam or the other restoration. It is a strong restoration, not easily to fracture, attached strongly to the tooth until its time for the tooth to pull out. But, the poor aesthetics of the stainless steel crown make it less desirable than the composite resin. However, there is a method to overcome that problems, it is to make facing by cutting and disposing some of the labial part crown and then covered by similarly tooth color material.
Keywords: stainless steel crown, stainless steel crown for anterior teeth, stainless steel crown for primary teeth


PENDAHULUAN
Anak-anak maupun orang dewasa pada umumnya rentan terhadap karies. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain kebiasaan buruk, gizi, kebersihan rongga mulut, dan lain sebagainya. Pada anak-anak, terkadang karies tersebut dapat berupa keries yang sudah meluas melebihi tiga daerah permukaan gigi. Untuk mengatasinya, kita dihadapkan dengan beberapa pilihan, antara lain amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca, maupun stainless steel crown.
Bila dibandingkan antara stainless steel crown dengan amalgam, stainless steel crown memiliki keuntungan yang lebih. Hal ini termasuk biaya yang lebih murah, perlindungan gigi dari kerusakan yang lebih parah, chair-time pasien yang lebih sedikit, tidak mengalami perubahan warna, daya tahan yang lebih baik, tidak terdapat merkuri, dan mampu mendapatkan kembali dimensi vertikal (yang mungkin berubah akibat gigi yang rusak) serta mempertahankan oklusi (Salama dan Myers,1992).1
Penggunaan resin komposit pada gigi sulung juga bermasalah, karena pemberian etsa pada gigi sulung seringkali gagal. Hal ini disebabkan karena sebagian besar permukaan email gigi sulung tidak memiliki lapisan prisma.
Semen ionomer kaca walaupun baik digunakan untuk gigi sulung, karena adanya mekanisme pelepasan fluor yang berguna untuk proses remineralisasi. Namun memiliki kekurangan, yaitu mudah abrasi.
Dibandingkan dengan bahan tumpatan lain, stainless steel crown memiliki kelebihan, yaitu lebih tahan lama, dan ekonomis. Stainless steel crown merupakan restorasi kuat, tidak mudah fraktur, jarang rusak sampai beberapa tahun selama masih berada di tempatnya, melekat erat ke gigi sampai waktunya tanggal. 2,3
Akan tetapi, stainless steel crown juga memiliki kelemahan, yaitu dari segi estetis. Kekurangan restorasi ini adalah warna perak yang sangat mengganggu estetis, terutama waktu berbicara dan tersenyum khususnya gigi anterior rahang atas.3,4
Helpin (1983) telah menguraikan metode untuk memperbaiki penampilan gigi insisivus dengan mahkota stainless steel, dengan pembuatan jendela dengan menggunting sebagian mahkota bagian labial, sehingga menghasilkan bentuk retensi inter-locking secara mekanis dan kemudian melapisinya dengan bahan tambalan yang sewarna dengan gigi, misalnya resin komposit, self curing acrylic.3

INDIKASI PEMAKAIAN STAINLESS STEEL CROWN 2,4
Stainless steel crown dapat digunakan untuk merestorasi gigi sulung yang telah mengalami karies dengan daerah yang luas, karena jaringan gigi yangv tidak cukup untuk retensi tumpatan.
Selain itu, dekalsifikasi yang meluas pada satu permukaan juga merupakan indikasi pemasangan stainless steel crown.
Pada anak-anak dengan rampant karies, stainless steel crown juga lebih efektif dan cepat, serta ekonomis untuk merestorasi gigi anterior dan posterior. Stainless steel crown merupakan restorasi mahkota penuh ,menutupi gigi secara keseluruhan sehingga kemungkinan terjadinya sekunder karies menjadi kecil.

Rampant karies
Sebagai penyerta dari perawatan saluran pulpa. Sebab preparasi dalam perawatan saluran pulpa, akan banyak dentin yang dibuang, akibatnya crown akan menjadi rapuh dan mudah fraktur, terutama di bagian mesiodistal. Oleh karena itu, penggunaan stainless steel crown sesuai untuk dilakukan.
Penggunaan stainless steel crown juga dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan perkembangan enamel, seperti pasien dengan gangguan amelogenesis atau dentinogenesis imperfecta.
Pada kasus pasien dengan severe bruxism, dan fraktur gigi insisivus, dapat kuga diindikasikan pemakaian stainless steel crown. Untuk gigi insisivus permanen yang fraktur, juga dapat digunakan stainless steel crown tersebut. Selain itu, penggunaan stainless steel crown juga dapat menjadi space maintainer bagi pertumbuhan gigi permanen berikutnya.


PENATALAKSANAAN3
Mahkota dapat dipilih berdasarkan model yang telah dibuat. Model pada restorasi stainless steel crown terdiri atasmodel sebelum dan sesudah preparasi. Model sebelum preparasi adalah model yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan ukuran mahkota dan dibuat pada kunjungan awal pasien ke dokter gigi.
Model setelah preparasi, adalah model yang dibuat setelah gigi pasien selesesai dipreparasi. Model ini dipakai untuk mengetahui apakah preparasi gigi telah sempurna, disamping itu juga untuk menyesuaikan mahkota gigi yang telah dipreparasi, serta untuk mengevaluasi oklusi.
Ukuran bentuk mahkota harus mempunyai besar yang cukup untuk dipasangkan pada gigi dan sedikit dapat dirotasi. Jika terlalu pas kemungkinan terjadi kesulitan untuk mendudukkan mahkota hanya dengan tekanan jari.


PREPARASI GIGI2,3
Tujuan preparasi gigi adalah menyediakan ruang yang cukup untuk stainless steel crown, membuang jaringan karies, dan meninggalkan jaringan gigi yang cukup untuk retensi. Sebelum melakukan preparasi, gigi sebaiknya dilakukan anestesi terlebih dahulu, yang disertai dengan pemasangan rubber dam. Preparasi dilakukan dengan menggunakan bur diamond berbentuk flame dan tapered.
Preparasi pada bagian insisal dikurangi 1,5 mm, sebaiknya menggunakan bur diamond taperedatau bur No. 169L, permukaan interproksimal dikurangi 0,5-1,0 mm. Dinding interproksimal bagian distal dan mesial dibuat sejajar. Permukaan fasial juga dikurangi 0,5-1,0 mm dan permukaan lingual 0,5 mm. kemudian tepi-tepi preparasi dibulatkan.

PEMILIHAN DAN PENYESUAIAN CROWN2,3
Pemilihan crown dapat dilakukan dengan cara trial and error, sesuai dengan lebar mesiodistal gigi. Crown yang dipilih bukan saja sesuai dengan ukurannya, tetapi juga dapat merestorasi gigi tersebut kembali ke bentuk dan fungsi semula. Selain itu, crown yang tepat akan menghasilkan kontak dengan gigi tetangga yang baik.
Untuk menyesuaikan panjang mahkota yang berlebih dapat dikurangi dengan cara menggunting bagian servikalnya. Mahkota harus berada 1 mm di bawah puncak gingival dan mempunyai tinggi sebanding dengan gigi tetangga. Perlu diingat bahwa mahkota insisivus lateral rahang atas selalu lebih pendek 0,5-1,0 mm dari insisivus sentral. Mahkota logam anterior secara umum tidak membutuhkan banyak trimming. Jika dibutuhkan trimming, sebaiknnya dilakukan dengan menggunakan stone bur berkecepatan rendah. Lalu mahkota dicoba lagi, bila terlalu menekan dapat menyebabkan gingival berwarna pucat.
Stainless steel crown untuk gigi anterior sering membutuhkan perubahan bentuk servikal sebelum penempatan, karena mahkota dibuat dalam bentuk yang oval dengan dimensi fasio-lingual yang kecil. Pembentukan mahkota untuk meningkatkan dimension fasio-lingual dilakukan dengan sedikit menekan mahkota bagian mesio-distal menggunakan tang Howe No. 110.
Mahkota ditempatkan kembali pada gigi yang telah dipreparasi atau model untuk melihat apakah terkunci tepat pada tempatnya dan tidak mudah dikeluarkan. Pada tahap ini oklusi diperiksa untuk memastikan mahkota tidak terlalu tinggi atau rendah sehingga menyebabkan oklusi yang traumatik. Tepi crown diusahakan dapat masuk ke bawah gingival antara 0,5-1,0 mm. sebelum dicoba lagi ke dalam mulut pasien, sebaiknya crown dihaluskan dengan green stone dan rubber wheel. Contouring dan crimping dapat dilakukan bersamaan pada waktu mencoba dan menggunting crown. Sonde dapat digunakan untuk memeriksa adaptasicrown terhadap gigi.
Tahap selanjutnya adalah penghalusan stainless steel crown. Daerah tepi crown dihaluskan dengan menggunakan green stone membentuk sudut 450. Rubber wheel dapat digunakan untuk menghasilkan tepi crown yang halus.
Setelah preparasi dan penyesuaian mahkota selesai, gigi dan mahkota dicuci dan dikeringkan, lau isolasi gigi dengan gulungan kapas dan saliva ejector dipasang. Permukaaan dentin yang terbuka dapat dilindungi dengan pelapik kavitas seperti Ca(OH)2.
Sementasi merupakan prosedur yang penting dalam restorasi stainless steel crow. Semen yang dapat digunakan adalah semen zink-phosphat, polikarboksilat, zink oxide eugenol, dan semen ionomer kaca, karena semen jenis ini mengeluarkan fluor terus menerus dan mempunyai ikatan yang baik terhadap dentin maupun email.
Stainless steel crown yang telah siap untuk dipasang kemudian diberi semen dan dipasangkan ke gigi. Setelah posisinya tepat, kemudian ditekan dengan jari, dan anak diminta untuk mengigit tounge blade yang diletakkan pada insisal mahkota. Oklusi diperiksa untuk memastikan bahwa mahkota tidak tertekan jauh diii atas tepi preparasi. Semen yang berlebih dibuang, yaitu daaari sulkus gingival dan daerahinterdental dengan menggunakan sonde serta benang gigi, lalu dikeringkan.




PEMBUATAN JENDELA3
Mahkota yang telah disemen bagian labialnya, dipotong untuk membuat jendela dengan menggunakan bur No.330 dan No.35. jendela dibuat dengan meninggalkan mahkota bagian tepi ±1 mm dari puncak gingival dan bagian mesio-distal. Menggunakan bur kerucut No.35, semen dibuang sampai kedalaman 1 mm. undercut yang dikenal juga sebagai retensi mekanis atau retensi interlocking harus ada pada semua tepi yang dapat dibentuk dengan bur No.35 atau bur bulat No.1/2. Haluskan pinggiran jendela mahkota dengan fine green atau white stone.
Setelah pembuatan jendela dilakukan, kemudianjendela tersebut diidi dengan bahan yang sewarna gigi, misalnya self curing acrylic atau resin komposit. Untuk menghaluskan permukaan resin tambalan, pemolesan dapat dilakukan dengan disk dari diamond.



KESIMPULAN
Stainless steel crown merupakan restorasi pilihan terbaik terutama untuk gigi sulung dengan karies yang luas ataupun trauma yang patah. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai perawatan lanjutan dari perawatan saluran akar, serta untuk menangani kasus kelainan dalam perkembangan jaringan keras gigi seperti amelogenesis imperfecta.
Kekurangan stainless steel crown dari segi estetisnya yaitu berwarna keperakan, dimana tidak menyerupai warna gigi asli. Hal ini mengganggu terutama untuk penggunaannya pada gigi anterior.
Namun, keadaan ini dapat diatasi dengan pembuatan jendela pada bagian labial mahkota. Jendela yang dimaksud adalah mempreparasi bagian labial tersebut, dan sebagai gantinya diisi dengan lapisan sewarna gigi seperti resin komposit, self curing acrylic, dan kompomer, sehingga gigi tersebut dapat dipertahankan hingga waktunya tanggal.

DAFTAR RUJUKAN
1. Tiara A. Stainless steel crown. 13 Mei 2011. . (23 September 2011).
2. Boenjamin F, Jeddy. Restorasi karies luas pada gigi sulung dengan stainless steel crown. Dentika Dental Journal 2001; 6 (1): 64-9.
3. Hermina T. Mahkota stainless steel dangan jendela untuk restorasi gigi anterior sulung. Dentika Dental Journal 2001; 6 (2): 330-3.
4. Stephen HY, Wei. Pediatric dentistry: total patient care. Ed.1. Philadelphia: Lea & Febiger, 1988: 224-231.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar