Total Tayangan Halaman

Kamis, 03 November 2011

TUGAS KEDOKTERAN ANAK

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH
FISIK, PSIKOLOGI, DAN SOSIAL
Romauli Margareth
Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155


PENDAHULUAN
Setiap orang akan mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai dewasa. Dari rentan masa itu terdapat masa kanak-kanak, remaja, kemudian dewasa. Usia anak-anak merupakan awal dari kehidupan seseorang yang sangat berpengaruh bagi dirinya di masa dewasa.
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal inilah yang membedakan anak dari orang dewasa. Jadi anak tidak bisa diidentikkan dengan orang dewasa dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang sampai dewasa agar apat berguna bagi masyarakat kelak1,2.
Dalam usia prasekolah yaitu usia sekitar dua sampai lima tahun, anak-anak mengalami perkembangan. Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan1. Perkembangan anak yang dapat dilihat dari perkembangan fisik, psikologi dan sosial
Anak usia prasekolah memiliki kemampuan perkembangan yang lebih baik dari usia sebelumnya3. Usia ini memegang peranan penting dalam tahap-tahap perkembangan berikutnya karena pada usia ini anak mulai berinteraksi dengan dunia luar, mengenenal diri sendiri dan orang-orang sekitarnya, mengembangkan kemampuannya, memunjukkan keinginannya, dll. Oleh karena itu, anak pada masa ini perlu dirangsang berbagai keterampilan yang dimilikinya agar kelak ia tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, mandiri dan bijak3.
ANAK USIA PRASEKOLAH
Ada berbagai pandangan orang mengenai kategori usia yang termasuk ke dalam usia prasekolah. Ada yang menyebutkan dimulai pada usia satu atau dua tahun, dan diakhiri pada usia lima atau enam tahun.
Fisik anak usia prasekolah mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan tersebut ditandai dengan bertambahnya berat badan, tinggi badan, serta lingkar kepala. Selain itu, postur tubuh juga mulai berubah, yang dapat dilihat dari berubahnya proporsi ukuran kepala dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya.
Berat badan anak usia dua tahun mencapai empat kali berat lahirnya, dan setelah usia dua tahun, berat bertambah 2.000 gram setiap satu tahun. Pada usia dua tahun tingib badan sekitar 85 cm, dan 100 cm pada usia empat tahun.berat otaknya hamper mencapai 90%. Pertambahan lingkar kepala mencapai dua hingga tiga cm per tahun1.
Pada umumnya, anak usia prasekolah atau masa kanak-kanak awal memiliki ciri-sebagai berikut9:
a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e) Anak usia ini sudah mampu duduk diam. Walaupun demikian, ketika mendengar cerita, mereka membutuhkan latihan gerakan sehingga anak-anak ini tidak terlalu banyak duduk10.

PERKEMBANGAN FISIK ANAK USIA PRASEKOLAH
Perkembangan fisik anak dapat dilihat dari perkembangan motorik halus dan motorik kasarnya. Pada perkembangan motorik kasar, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan4.
Perkembangan motorik halus dimulai dengan kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang, dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri minum dari cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan di atas kertas4.
Secara garis besarnya, perkembangan fisik anak usia prasekolah adalah sebagai berikut5:
Dari dua sampai tiga tahun:
o belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
o membuat jembatan denagan tiga kotak
o menggambar lingkaran.
Dari tiga sampai empat tahun:
o berjalan pada jari kaki
o belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
o menggambar garis hilang
o menggambar orang hanya kepala dan badan
o mengenal dua atau tiga warna.
Dari empat sampai lima tahun:
o melompat dan menari
o menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, dan badan
o menggmbar segiempat dan segitiga
o mengenal empat warna.
Dalam teori perkembangan anak, keterampilan motorik berkoordinasi dengan otak. Jadi, amat memengaruhi kemampuan kognitif atau berpikirnya. Contoh, bila mereka terampil menggambar, menggunting, atau menempel, maka gerakan-gerakan halus ini kelak akan membantu anak lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD yang sangat kaku memegang pensil dan tulisannya tidak beraturan, bisa jadi akibat kemampuan motorik halusnya tak dilatih dengan baik sewaktu kecil3.

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK USIA PRASEKOLAH
Perkembangan psikologis ini berkaitan dengan kemampuan intelegensi, emosi, dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti berbicara, menghitung, dll. Anak usia prasekolah masuk ke dalam kategori masa pra-operasional (2-7 tahun) dalam pembagian tahap-tahap perkembangan menurut J. Piaget 6.
Pada tahap prasekolah, daya menerima dan memahami anak berkembangdan akan mencapai fase di mana ia ingin memeriksa, mencoba, melaksanakan sendiri dan ingin mengetahui nama semua barang. Anak mulai memahami perbedaan antara dirinya dan dunia luar dengan lebih jelas. Kesadaran bahwa ia merupakan seorang manusia juga mulai timbul. Rasa dapat berdiri sendiri yang sebenarnya menguntungkan anak, akan menimbulkan rasa pertentangan, karena dunia luar mulai bersikap lain terhadap dirinya2.
Perkembangan psikologis tersebut berkembang seiring bertambahnya usia si anak, dapat kita lihat dari uraian berikut5:
Dari dua sampai tiga tahun:
o mampu menyusun kalimat
o mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-katayang ditujukan kepadanya.
Dari tiga sampai empat tahun:
o bicara dengan baik
o menyebut namanya, jenis kelamin, dan umurnya
o banyak bertanya
o bertanya bagaimana anak dilahirkan
o mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang
o mendengarkan cerita-cerita
o dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana.
Dari empat sampai lima tahun:
o pandai bicara
o dapat menghitung jari-jarinya
o dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
o mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
o tertarik terhadap kata-kata baru dan artinya
o memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
o memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil.
Menurut J. Piaget, pada masa ini, anak sudah dapat menemukan objek-objek yang tertutup atau tersembunyi. Anak juga sudah bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku. Ia memperlihatkan suatu tingkah laku. Ia memperlihatkan suatu tingkah laku sebagaimana tingkah laku yang sama diperlihatkan oleh anak atau orang lain pada waktu yang sudah lewat6.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi psikologis anak antara lain keadaan fisik, orangtua, serta lingkungan sekitar. Keadaan fisik yang kurang sempurna dapat memungkingkan si anak menjadi pemalu atau pemurung. Orangtua serta lingkungan sekitar juga memberikan pengaruh yang besar terhadap psikologis anak. Gaya pola asuh orangtua yang tidak benar berdampak besar pada anak. Demikian pula dengan lingkungan sekitarnya.
Selain yang disebut di atas, salah satu yang ditunjukkan oleh anak usia prasekolah adalah rasa takut. Rasa takut adalah hal umum pada anak usia prasekolah. Banyak anak usia dua sampai empat tahun yang takut kepada binatang, terutama anjing. Rasa takut lainnya adalah terhadap petir, dokter, dan mahluk imajiner. Banyak dari hal ini yang menghilang ketika si anak tumbuh lebih besar dan kehilangan perasaan tidak berdaya7. Rasa takut ini nantinya akan memengaruhi si anak dalam sosialisasinya dengan dunia luar.

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH
Pada usia prasekolah, anak mulai mengembangkan beberapa keterampilan sosial. Dalam proses sosialisasi menurut Albert Bandura, anak belajar peran gender, proses yang mereka gunakan untuk mendapatkan standar perilaku yang dapat diterima secara sosial dalam kultur mereka. Bandura memandang identitas gender sebagai hasil dari rangkaian pengaruh yang saling berinteraksi, sosial, dan personal7.
Anak bertambah pemahamannya terhadap diri sendiri, pemikiran, masa, hubungan sosial, dan bahasa8. Beberapa ciri sosial ciri anak prasekolah, yaitu9:
Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, dan mau bermain dengan teman. Sahabat yang mereka pilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
Anak terkadang lebih mudah bermain bersama dengan anak yang lebih besar.
Anak memiliki kemampuan untuk bermain bersama teman imajiner yang tidak ada dalam kenyataan. Sahabat imajiner yang ada dalam pikiran si anak membantunya untuk mewujudkan semua keinginannya. Sahabat imajiner tersebut dapat membantu anak menghadapi tantangan dan gagasan baru dengan cara yang lebih aman8.
Parten (1932) melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dalam “Social Participation among Preschool Children” , dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial:
a) Tingkah laku unoccupied, yaitu anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan hanya memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
b) Bermain soliter, yaitu anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, namun berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, selain itu mereka juga tidak berusaha untuk saling berbicara.
c) Tingkah laku onlooker, yaitu anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
d) Bermain pararel, yaitu anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain. Mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
e) Bermain asosiatif, yaitu anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f) Bermain kooperatif, yaitu anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.

PEMBAHASAN
Masa prasekolah sering dikatakan sebagai periode emas, yaitu masa di mana anak mulai mengalami perkembangan. Meskipun sejak lahir, seorang anak sudah mengalami pertumbuhan dan perkembangan, namun pada masa ini anak untuk pertama kalinya mulai dapat mengerti keadaan sekitar, serta dapat menunjukkan emosinya.
Pertumbuhann fisik anak prasekolah dapat terlihat dari hasil pengukuran yang mengalami pertambahan, baik berat badan, tinggi badan, volume otak, serta ukuran lingkar kepala. Selain itu, proporsi kepala dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya mengalami perubahan dibandingkan dengan pada saat lahir.
Sedangkan perkembangan anak usia prasekolah dapat ditinjau dari fisik, psikologis, maupun sosial. Ketiganya memiliki hubungan dan saling memengaruhi satu sama lainnya.
Perkembangan fisik anak usia prasekolah ditandai dengan bertambahnya kemampuan motoriknya, baik motorik halus maupun motorik kasar. Kemampuan motorik kasarnya yaitu dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan otot-otot besarnya, seperti duduk, berdiri, berjalan, berlari, melompat, menari, dsb.
Sementara motorik halus yaitu kemampuannya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan otot-otot kecil, seperti memegang, menulis, dan mengamati. Terkadang kemampuan motorik halus ini sering diabaikan oleh orangtua, padahal kemampuan anak dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut sangat dipengaruhi oleh kerja otak yang nantinya akan memengaruhi kemampuan kognitifnya.
Perkembangan psikologis anak usia prasekolah dapat dikatakan dalam tahap praoperasional menurut Piaget. Perkembangan psikologis anak prasekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain orangtua, lingkungan, faktor fisik, dan rasa takut. Kemampuan berbicara anak semakin bertambah, selain itu anak juga mulai dapat menunjukkan emosinya. Ketergantungannya terhadap orangtua mulai berkurang, dan digantikan dengan kebutuhannya untuk berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk teman sebayanya.
Dari interaksi yang dilakukan tersebut, perkembangan sosial anak mengalami perkembangan. Cara anak bermain dengan teman-temannya menunjukan bagaimana tipe anak berinteraksi dengan temannya menurut Parten.
Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia prasekolah sangat perlu diperhatikan. Karena berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak di masa yang mendatang. Perkembangan tersebut saling berkaitan. Kemampuan motorik memengaruhi kemampuan kognitifnya. Kemampuan sosialisasinya juga memengaruhi aspek-aspek kehidupan lainnya.
Orangtua sebaiknya mengasuh anak dengan pola asuh yang tepat, dengan memerhatikan faktor fisik serta lingkungannya. Pola asuh yang buruk dapat memberi dampak yang buruk kepada anak. Setiap anak memiliki rasa takut, rasa takut dapat menjadi berlebihan dan dapat menjadi pencemas. Jadi, sebaiknya tumbuh kembang anak diprehatikan dari setiap sisi.

DAFTAR RUJUKAN
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tumbuh kembang anak dan remaja. Ed. 1. Jakarta: Sagung Seto, 2002: 1; 58-9.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku kuliah 1: ilmu kesehatan anak. Ed. 9. Jakarta: Infomedika, 2000; 146-153.
3. Anonymous. Sampai Dimana Kemampuan Anak PraSekolah. 31 Mei 2009. (14 November 2009).
4. Hidayat AAA. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Ed. 1. Jakarta: Salemba Medika, 2005: 15-25.
5. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Ed. 1. Jakarta: EGC, 1995: 35.
6. Gunarsa SD. Dasar dan teori perkembangan anak. Ed. 6. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997: 153-61.
7. Papalia DE, Old SW, Feldman RD. Human development: Psikologi perkembangan. Alih bahasa. Anwar AK. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008: 381-403.
8. Mubayidh M. Kecerdasan dan kesehatan emosional anak: referensi penting bagi para pendidikan dan orangtua. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006: 65-6.
9. Fitri. Ciri anak prasekolah atau tk. 19 November 2008. (19 November 2009).
10. Silalahi W. Mengenal anak prasekolah. (19 November 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar