Total Tayangan Halaman

Rabu, 30 November 2011

AJAIB

Masa ujian, dan nyempet2in posting di blog-----> AJAIB 1

Mata ngantuk liat slide, tp liat jumlah audience bertambah seger lagi-----> AJAIB 2

Ngerjain Makalah individu pedo (untuk ke tiga kalinya dalam semester ini) gak kelar2 dah >2minggu. Tapi buat bikin postingan kali ini cukup 20menit-----> AJAIB 3

Liat fesbuk boring abis, tapi pas liat profil orang yang ane gebet jadi betah-----> AJAIB 4

Menghayal dapat nilai A-----> gak ajaib.


kenapa????


Lah tiap hari juga maunya dapet nilai segitu. Kalo gue dapet nilai A, itu baru yang namanya A.J.A.I.B

sekian.

Jumat, 18 November 2011

TUGAS JURNAL PEDO 2

PERAWATAN PULPOTOMI MORTAL PADA GIGI SULUNG
Romauli Margareth
Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155

Abstract
Mortal pulpotomy is an endodontic management for non-vital primary teeth that has infected, or necrotic contents of a non-vital pulp. That therapy is fixed to the non-vital primary teeth that their roots undergo physiological resorption as their permanent successor eruption. The primary teeth have a different morphology than permanent teeth. The roots canal walls, especially of molars, have been considered too thin to tolerate intracanal instrumentation without perforation, and the anatomical ramification too complex to reliably cleaned with instruments and irrigants. Treatment is conducted over two visit, the first for canal debridement and disinfection, ant the second for obturation.
Keywords: mortal pulpotomy, non-vital pulpotomy, two visit pulpotomy



PENDAHULUAN
Anak-anak pada umumnya rentan terhadap karies. Karies tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan terbukanya pulpa. Tindakan yang selanjutnya dapat dilakukan ialah perawatan endodontik.
Perawatan endodontik atau perawatan pulpa ialah perawatan yang dilakukan pada bagian dalam gigi1. Perawatan endodontik ini bertitik tolak pada pengambilan jaringan yang terinfeksi sehinggajaringan pulpa dan jaringan periapikal yang tersisa dapat melakukan regenerasinya.
Perawatan pulpa pada gigi sulung terbagi atas perawatan pulpa indirek, pulp capping direk, pulpotomi, dan pulpektomi.2,3
Perawatan pulpa pada gigi sulung ini, memerlukan perhatian yang lebih, dikarenakan struktur dan anatomi gigi sulung yang berbeda dengan gigi permanen. Gigi sulung memiliki rongga pulpa yang relatif besar , tanduk pulpa lebih menonjol, dan email serta dentin yang lebih tipis.3,4
Idealnya, gigi non-vital sebaiknya dirawat dengan pulpektomi dan pengisian saluran akar. Akan tetapi, pulpektomi molar susu sering tidak praktis, dan oleh karena itu lebih ser ing digunakan teknik pulpotomi dua tahap. Pulpotomi tersebut pada akhirnya diikuti dengan penempatan medikamen di atas orifisi.4

FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN
Seperti pada perawatan edontik pada umumnya, maka pada perawatan pulpotomi mortal ini perlu dilakukan tes vitalitas gigi terlebih dahulu, karena bila ternyata pulpa masih vital, maka dapat dilakukan pulpotomin satu kali kunjungan atau pulpotomi vital.3,4
Hal berikutnya ialah mengenai perbedaan dari morfologi dan anatomi dari gigi sulung dengan gigi permanen. Perbedaan ini baik dari ukuran maupun bentuknya. Serta ukuran kamar pulpanya yang lebih besar dengan tanduk pulpa yang lebih tinggi dibandingkan dengan gigi permanen.3,4
Selanjutnya adalah pemeriksaan melalui foto radiografi. Hal ini akan sangat membantu karena dapat menolong kita dalam menentukan panjang kerja, maupun ada atau tidaknya kelainan yang terdapat pada jaringan periapeks maupun jaringan di sekitar gigi tersebut.4,5
Selain itu, perlu diperhatikan prinsip perawatan edodontik yang menggunakan prinsip bedah umum, yaitu: bekerja secara asepsis, membuang jaringan yang rusak (debridement), mengalirkan cairan radang, merawat jaringan dengan menggunakan peralatan dan obat-obatan secara cermat dan hati-hati.1


INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PULPOTOMI MORTAL
Pulpotomi adalah pembuangan jaringan pulpa dari kamar pulpa, yang disertai pemberian medikamen diatas orifisi yang akan menstimulasi perbaikan sisa jaringan pulpa vital di akar tersebut.6
Indikasi pulpotomi mortal ini adalah untuk gigi non-vital dengan beberapa faktor yang memengaruhinya, yaitu riwayat sakit spontan, pembengkakan atau kemerahan pada mukosa, adanya sinus, mobilitas gigi, lunak pada perkusi. Selain itu juga secara radiografis terlihat resopsi patologis atau destruksi tulang periradikuler. Juga pada pulpa pada tempat yang terbuka tidak berdarah.4
Sementara, indikasi umum untuk perawatan pulpotomi adalah4:
1. Pasien kooperatif
2. Pasien dengan kelainan perdarahan (missal, hemophilia) di mana pencabutan akan memerlukan pasien untuk tinggal di rumah sakit.
3. Pasien dengan pengalaman jelek pada pencabutan sebelumnya; pulpotomi lebih disukai dari pada pencabutan untuk alasan-alasan psikologis, dan dapat dibenarkan bahkan jika tidak terdapat indikasi untuk melakukan konservasi gigi.
Kemudian, indikasi untuk gigi yang dapat dilakukan pulpotomi adalah2,4:
1. Ketidaksanguppan menghentikan perdarahan yang terjadi pada sisa pulpa terpotong selama melakukan pulpotomi formokresol sekali kunjungan.
2. Gigi geligi susu di mana semua molar lengkap, atau dimana pengaruh pencabutan sebelumnya telah dikontrol baik oleh “balancing extraction” atau ”space maintainer”.
3. Gigi geligi campuran dimana diketahui bahwa terdapat ruangan yang terbatas untuk erupsi gigi: kaninus dan premolar tetap. Space maintainer sangat penting dalam kasus-kasus seperti ini, akan tetapi mempertahankan gigi susu lebih disukai daripada pemakaian space maintainer buatan.
4. Gigi geligi campuran dimana diketahui terdapat kekurngan ruangan yang cukup banyak bagi erupsinya gigi kaninus dan premolar teap.
Kontraindikasi umum untuk pulpotomi pada gigi sulung, yaitu:
1. Pasien dari keluarga yang mempunyai sikap yang kurang memperhatikan atau kurang baik terhadap kesehatan gigi dan konservasi gigi geligi (kecuali sikap ini dapat diubah).
2. Pasien dengan kerja sama yang kurang baik bagi perawatan pulpa (kecuali hal ini dapat diperbaiki melalui penatalaksaan tingkah laku).
3. Pasien dengan penyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik. Walaupun perawatan pulpa dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika, tidak dapat dipastikan bahwa infeksi akan hilang selama perawatan.
4. Pasien dengan kesehatan umum yang buruk (missal, diabetes, penyakit ginjal kronik, leukemia); pasien-pasien ini mempunyai daya tahan yang buruk terhadap infeksi dan kualitas penyembuhan yang buruk.
Kontraindikasi untuk keadaan giginya adalah4:
1. Gigi geligi dimana pengaruh pencabutan sebelumnya belum dikontrol.
2. Gigi geligi campuran dimana diketahui terdapat sedikit kekurangan ruangan bagi erupsi gigi-gigi kaninus dan premolar tetap.
3. Gigi dengan abses akut.
4. Gigi geligi dimana lebih dari dua atau tiga gigi mempunyai pulpa yang terbuka.
5. Gigi geligi dengan kerusakan mahkota yang besar dan menyeluruh sehingga restorasi setelah perawatan selesai tidak mungkin dilakukan.
6. Gigi dengan karies menembus dasar kamar pulpa.
7. Gigi yang sudah mendekati waktu eksfoliasinya.
8. Gigi dengan resorpsi akar patologis yang telah lanjut.

TEKNIK/ PROSEDUR OPERATIF PULPOTOMI MORTAL1,4,5
Teknik pulpotomi mortal ini dilakukan dalam dua kali kunjungan.
 Kunjungan Pertama
Pada kunjungan pertama, dilakukan pembuangan jaringan karies dan pembuatan preparasi akses. Yang pertama perlu dilakukan ialah melakuakn isolasi terhadap gigi tersebut dengan menggunakan rubber dam, maupun cotton roll.
Selanjutnya, dilakukan preparasi kavitas serta eksavasi karies yang dalam. Debris serta pulpa yang telah nekrosis di bagian koronal , yaitu kamar pulpa juga dibuang dengan menggunakan “hand instruments” disertai dengan irigasi yang banyak.
.Dapat digunakan sodium hypochlorite, yang juga berfungsi sebagai antimikrobial.
Instrumentasi kanal yang terbatas dapat dilakukan pada gigi anterior maupun posterior. Dengan panduan yang akurat dari radiografi praoperatif, files ukuran kecil dapat dimasukkan dengan hati-hati ke dalam kanal, dan menjaga supaya dapat lebih pendek 2-3mm dari ujung akar sesuai hasil radiografi untuk meminimalisasi bahaya dari overinstrumentasi. Radiografi dapat digunakan untuk memastikan panjang kerja.
Dinding kanal kemudian dikikir menggunakan file dengan lembut, gerakan yang kasar untuk membuang debris yang melekat serta dibersihkan dengan irigasi. Harus diingat bahwa preparasi dilakukan terbatas untuk debridement, kemudian bentuk kanal yang luas sesuai dengan pembuangan dentin yang berlebih tidak diharuskan. Setelah mengeringkan kanal pulpa dengan paper point. Selanjutnya adalah peletakkan bahan medikamen, yaitu dengan menggunakan cooton pellet yang telah dibasahi dengan formokresol (uapnya saja yang digunakan) atau dengan beechwood creosote yang kemudian diletakkan pada kamar pulpa, di atas pulpa bagian
Bahan medikamen tersebut dibiarkan sampai kunjungan berikutnya, yaitu sekitar 7-10 hari kemudian atau 1-2 minggu bila menggunakan beechwood creosote, dengan tujuan untuk memperbaiki jaringan pulpa yang masih tersisa dan membunuh mikroorganisme yang masih tersisa setelah preparasi kanal.

 Kunjungan Kedua
Tahap pertama adalah membuang tambalan sementara, dengan sebelumnya dilakukan terlebih dahulu isolasi terhadap gigi tersebut. Selanjutnya keluarkan tambalan sementara dan cotton pellet yang mengandung beechwood creosote.
Pada kunjungan kedua ini, setelah kapas yang mengandung formokresol atau beechwood creosote. dibuang, selanjutnya letakkan pasta untuk menutupi pulpa di bagian akar. Setelah itu serap pasta dengan kapaakar.s basah secara perlahan dalam tempatnya.
Akar dari gigi sulung secara fisik sedang dalam proses resorpsi seiring dengan akan erupsinya gigi permanent, dan beberapa bahan pengisi yang akan diletakkan di kanal gigi tersebut haruslah dapat diresorbsi dengan baik.
Zink oxide-eugenol yang slow-setting tersebut dibuat dengan mencampurkan bubuk zink oksida dengan eugenol merupakan bahan yang sering dipilih. Konsistensi dari bahan tersebut dapat disesuaikan untuk dapat diletakkan dengan baik dengan berbagai metode. Perlu diingat, pasta tersebut diletakkan dengan oenekanan yang kuat ke dalam saluran akar dengan menggunakan kapas pellet.
Setelah pemberian pasta zink oxide-eugenol selesai dilakukan, dilakukan restorasi gigi terhadap gigi tersebut, yaitu pembuatan stainless steel crown, ataupun dengan tumpatan amalgam.
 Setelah satu bulan dan bila tidak ada gejala klinik, gigi dites vitalitasnya. Untuk menimbulkan respons aliran listrik dinaikkan sedikit. Apabila tidak ada reaksi maka berarti perawatan tidak berhasil baik dan perlu dilakukan puklpektomi. Bila respons dalam batas-batas normal,kavitas ditutup dengan tumpatan tetap. Pemeriksaan ulang vitalitas dan radiologic dilakukan secara periodik setiap 6 bulan selama 2 atau 3 tahun.

PENILAIAN KEBERHASILAN2
Setelah pulpotomi gigi sulung, nyeri memang jarang timbul. Hal ini bias mnyesatkan pandangan para klinisi dengan menganggap bahwa perawatannya berhasil seratus persen. Demikian juga mereka.yang tidak membuat pengecekan ulang dengan radiograf merasa bahwa perawatan pulpa molar sulungnya jarang mengalami kegagalan.
Tindak lanjut 6 bulan setelah perawatan hendaknya meliputi pemeriksaan atas tanda dan gejala, sedangkan radiograf periapeks dibuat pada masa antara 12-18 bulan pasca perawatan. Adanya kegoyangan patologik, fistula, dan mungkin juga nyeri (biasanya terhadap perkusi), merupakan bukti suatu kegagalan perawatan. Tanda kegagalan secara radiografik diwujudkan oleh terlihatnya pembesaran daerah radiolusen, dan oleh adanya resorpsi akar interna atau eksterna. Kerusakan tulang mungkin akan dijumpai di daerah furkasi dan tidak di apeks. Tanda keberhasilan secara radiografik diwujudkan oleh terlihatnya perbaikan tulang serta tidak adanya tanda dan gejala. Sedangkan gigi-gigi yang tidak menunjukkan pembesaran atau pengecilan daerah radiolusen harus dianggap berhasil jika tidak disertai oleh tanda dan gejala, dengan catatan, perubahan radiolusensi radiografiknya harus diperiksa dengan teliti.

PEMBAHASAN
Pulpotomi mortal adalah pemotongan jaringan pulpa pada bagian koronal yang telah mengalami infeksi, maupun nekrosis pada gigi non vital.
Tindakan pulpotomi mortal ini dilakukan pada gigi sulung dikarenakan gigi sulung memiliki anatomi dan morfologi yang berbeda dengan gigi permanen, serta fungsinya yang berbeda, yaitu sebagai penyedia tempat gigi permanen setelahnya untuk tumbuh.
Gigi sulung ini, yang apabila sedang dalam masa resorpsi akar, dimana gigi permanennya juga dalam masa erupsi, sehingga perlu untuk dipertahankan, karena gigi sulung tersebut berfungsi sebagai pemberi tempat bagi gigi berikutnya yang akan tumbuh. Selain itu, juga dapat dilakukan pada gigi yang dibutuhkan untuk menjaga oklusi antar gigi.
Tahap kerja pada pulpotomi mortal terdiri atas dua kali kunjungan. Pada kunjungan pertama dilakukan preparasi akses serta eksavasi atau debridement terhadap seluruh jaringan karies serta debris yang melekat pada kamar pulpa. Tahap selanjutnya adalah pemberian medikamen, seperti formokresol, dengan cotton pellet, dan selanjutnya ditumpat dengan tumpatan sementara dalam waktu 7-10 hari kemudian sampai kunjungan berikutnya.
Pada kunjungan kedua, dilakukan debridement kembali, restorasi sementara serta kapas yang diletakkan di dasar kamar pulpa dibuang. Setelah itu diletakkan medikamen untuk mengisi kamar pulpa, selanjutnya dibuat restorasi permanen, yang pada umumnya digunakan mahkota stainless steel, maupun dengan tumpatan amalgam.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah pemeriksaan secara berkala untuk memeriksa keberhasilan dari perawatan pulpotomi mortal tersebut.
Selain itu, juga perlu diingatkan pada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya agar perawatan pulpotomi tersebut dapat berhasil.

DAFTAR PUSTAKA
1. Akbar SSM. Perawatan endodontik konvensional dan proses penyembuhannya. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1989: 1-36.
2. Kennedy DB. Konservasi gigi anak: paediatric operative dentistry. Ed. 3. Alih bahasa. Sumawinata N, Sumartono SH. Jakarta: EGC, 1993: 213-73.
3. Harty FJ. Endodontik klinis: endodontics in clinical practice. Ed. 3. Alih bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates, 1992: 292-9.
4. Andlaw RJ. Perawatan gigi anak: a manual of paedodontics. Ed. 2. Alih bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: Widya Medika, 1992: 107-16
5. Whithworth JM, Nunn JH. Paediatric endodontics. In: Paediatric dentistry. 2nd edn. Editor. Welbury RR. New York: Oxford University Press, 2003: 175-6.
6. Tarigan R. Perawatan pulpa gigi (endodontik). Ed. 2. Jakarta: EGC, 2004: 101.

Senin, 07 November 2011

TOJER





TOJER alias TOkek JERawat adalah panggilan buat Ka Iren, salah 1 temen kos gue.
kenapa dipanggil tojer?? yaa...tanpa dikasih tau juga pasti dah pada tau lah,hehehe.

sebenernya, kami gak da yang manggil Ka Iren tojer, tapi cuma Bg Emon aja (pacarnya ka karo). Itu juga gara2 ka iren suka iseng manggil bg emon BIRONG alias item, jadinya Bg Emon iku2an ngejek Ka Iren deh. hihihi.... ;D

Nah, kemaren, ntah kenapa tiba2 gue iseeenggg banged ngeledekin Ka Iren tojer.

"jeerrr... tojerrrr..."bolak-balik gue sebut tuh, sengaja biar Ka Iren kesel ;b

Eh tau2 Ka Iren curhat lagi tentang masalah jerawatnya.
Jadi kata dia, jerawatnya ini asal muasalnya gara2 dulu dia pernah ngeledekin orang yang jerawatan. Alhasil, dia jadi jerawatan, yang lama kelamaan jadi nyebar ke Ka Lala, dan terus ke Lia.

Tapi berhubung gue dah berulang kali ngedenger kisahnya itu, jadinya gue cuek aja deh. Secaraa... gue jarang banget jerawatan, kalopun jerawatan paling dikit doang dan di daerah yang gak terlalu terekspos, kaya dibelakang kuping, bahkan kulit kepala! :b

Tapiiii oh tetapi....


HARI INI JERAWAT gue mendadak ada DUA. hiks... iya dua, dan gede2 banged.
yang bikin nyesek, Ka Iren malah ketawa2 dan bilang, "Itulah Rom, dah kubilang kau jangan bilang aku tojer. Kena kan kau? hahahaaa..."

Gileee.... malah diketawain pula. Jadi panik kan tuh gue. Langsung dah gue sibuk smsin Ka Talen buat minjem krim wajah dia yang katanya ampuh buat ngilangin jerawat. *walaupun bentuknya mencurigakan karena bentuk dan konsistensinya mirip vaseline buat praktikum IMT atau lem FOX!!.

Yaa... kita doakan saja, semoga jerawat ini segera sembuh. aminnn...


**nb: Kata Ka Talen, bagi yang berminat dengan krim wajahnya, bisa langsung menghubungi beliau. Untuk biaya, gak bisa nego.

Kamis, 03 November 2011

GALAU AKADEMIS part.2

Huwaaaahhhh... ini bener2 parah. masa tugas yang udah disuruh dari sebulan yang lalu baru gue kerjain malem ini??? padahal besok paling lambat ngumpulinnya bokk...

Asli, eke ngantuk banged, mana besok ada janji sama ka iren jogging bareng, mau belajar juga buat ujian modul satu.

doain aku ya, dah masuk halaman ke 5 nih, tinggal abstract dikit lagi, pembahasan, sama daftar pustaka.

g.o.o.d.l.u.c.k
R.O.M.A

:) :0 :D :P :S :*

TUGAS KEDOKTERAN ANAK

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH
FISIK, PSIKOLOGI, DAN SOSIAL
Romauli Margareth
Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155


PENDAHULUAN
Setiap orang akan mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai dewasa. Dari rentan masa itu terdapat masa kanak-kanak, remaja, kemudian dewasa. Usia anak-anak merupakan awal dari kehidupan seseorang yang sangat berpengaruh bagi dirinya di masa dewasa.
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal inilah yang membedakan anak dari orang dewasa. Jadi anak tidak bisa diidentikkan dengan orang dewasa dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang sampai dewasa agar apat berguna bagi masyarakat kelak1,2.
Dalam usia prasekolah yaitu usia sekitar dua sampai lima tahun, anak-anak mengalami perkembangan. Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan1. Perkembangan anak yang dapat dilihat dari perkembangan fisik, psikologi dan sosial
Anak usia prasekolah memiliki kemampuan perkembangan yang lebih baik dari usia sebelumnya3. Usia ini memegang peranan penting dalam tahap-tahap perkembangan berikutnya karena pada usia ini anak mulai berinteraksi dengan dunia luar, mengenenal diri sendiri dan orang-orang sekitarnya, mengembangkan kemampuannya, memunjukkan keinginannya, dll. Oleh karena itu, anak pada masa ini perlu dirangsang berbagai keterampilan yang dimilikinya agar kelak ia tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, mandiri dan bijak3.
ANAK USIA PRASEKOLAH
Ada berbagai pandangan orang mengenai kategori usia yang termasuk ke dalam usia prasekolah. Ada yang menyebutkan dimulai pada usia satu atau dua tahun, dan diakhiri pada usia lima atau enam tahun.
Fisik anak usia prasekolah mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan tersebut ditandai dengan bertambahnya berat badan, tinggi badan, serta lingkar kepala. Selain itu, postur tubuh juga mulai berubah, yang dapat dilihat dari berubahnya proporsi ukuran kepala dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya.
Berat badan anak usia dua tahun mencapai empat kali berat lahirnya, dan setelah usia dua tahun, berat bertambah 2.000 gram setiap satu tahun. Pada usia dua tahun tingib badan sekitar 85 cm, dan 100 cm pada usia empat tahun.berat otaknya hamper mencapai 90%. Pertambahan lingkar kepala mencapai dua hingga tiga cm per tahun1.
Pada umumnya, anak usia prasekolah atau masa kanak-kanak awal memiliki ciri-sebagai berikut9:
a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e) Anak usia ini sudah mampu duduk diam. Walaupun demikian, ketika mendengar cerita, mereka membutuhkan latihan gerakan sehingga anak-anak ini tidak terlalu banyak duduk10.

PERKEMBANGAN FISIK ANAK USIA PRASEKOLAH
Perkembangan fisik anak dapat dilihat dari perkembangan motorik halus dan motorik kasarnya. Pada perkembangan motorik kasar, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan4.
Perkembangan motorik halus dimulai dengan kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang, dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri minum dari cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan di atas kertas4.
Secara garis besarnya, perkembangan fisik anak usia prasekolah adalah sebagai berikut5:
Dari dua sampai tiga tahun:
o belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
o membuat jembatan denagan tiga kotak
o menggambar lingkaran.
Dari tiga sampai empat tahun:
o berjalan pada jari kaki
o belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
o menggambar garis hilang
o menggambar orang hanya kepala dan badan
o mengenal dua atau tiga warna.
Dari empat sampai lima tahun:
o melompat dan menari
o menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, dan badan
o menggmbar segiempat dan segitiga
o mengenal empat warna.
Dalam teori perkembangan anak, keterampilan motorik berkoordinasi dengan otak. Jadi, amat memengaruhi kemampuan kognitif atau berpikirnya. Contoh, bila mereka terampil menggambar, menggunting, atau menempel, maka gerakan-gerakan halus ini kelak akan membantu anak lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD yang sangat kaku memegang pensil dan tulisannya tidak beraturan, bisa jadi akibat kemampuan motorik halusnya tak dilatih dengan baik sewaktu kecil3.

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK USIA PRASEKOLAH
Perkembangan psikologis ini berkaitan dengan kemampuan intelegensi, emosi, dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti berbicara, menghitung, dll. Anak usia prasekolah masuk ke dalam kategori masa pra-operasional (2-7 tahun) dalam pembagian tahap-tahap perkembangan menurut J. Piaget 6.
Pada tahap prasekolah, daya menerima dan memahami anak berkembangdan akan mencapai fase di mana ia ingin memeriksa, mencoba, melaksanakan sendiri dan ingin mengetahui nama semua barang. Anak mulai memahami perbedaan antara dirinya dan dunia luar dengan lebih jelas. Kesadaran bahwa ia merupakan seorang manusia juga mulai timbul. Rasa dapat berdiri sendiri yang sebenarnya menguntungkan anak, akan menimbulkan rasa pertentangan, karena dunia luar mulai bersikap lain terhadap dirinya2.
Perkembangan psikologis tersebut berkembang seiring bertambahnya usia si anak, dapat kita lihat dari uraian berikut5:
Dari dua sampai tiga tahun:
o mampu menyusun kalimat
o mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-katayang ditujukan kepadanya.
Dari tiga sampai empat tahun:
o bicara dengan baik
o menyebut namanya, jenis kelamin, dan umurnya
o banyak bertanya
o bertanya bagaimana anak dilahirkan
o mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang
o mendengarkan cerita-cerita
o dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana.
Dari empat sampai lima tahun:
o pandai bicara
o dapat menghitung jari-jarinya
o dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
o mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
o tertarik terhadap kata-kata baru dan artinya
o memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
o memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil.
Menurut J. Piaget, pada masa ini, anak sudah dapat menemukan objek-objek yang tertutup atau tersembunyi. Anak juga sudah bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku. Ia memperlihatkan suatu tingkah laku. Ia memperlihatkan suatu tingkah laku sebagaimana tingkah laku yang sama diperlihatkan oleh anak atau orang lain pada waktu yang sudah lewat6.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi psikologis anak antara lain keadaan fisik, orangtua, serta lingkungan sekitar. Keadaan fisik yang kurang sempurna dapat memungkingkan si anak menjadi pemalu atau pemurung. Orangtua serta lingkungan sekitar juga memberikan pengaruh yang besar terhadap psikologis anak. Gaya pola asuh orangtua yang tidak benar berdampak besar pada anak. Demikian pula dengan lingkungan sekitarnya.
Selain yang disebut di atas, salah satu yang ditunjukkan oleh anak usia prasekolah adalah rasa takut. Rasa takut adalah hal umum pada anak usia prasekolah. Banyak anak usia dua sampai empat tahun yang takut kepada binatang, terutama anjing. Rasa takut lainnya adalah terhadap petir, dokter, dan mahluk imajiner. Banyak dari hal ini yang menghilang ketika si anak tumbuh lebih besar dan kehilangan perasaan tidak berdaya7. Rasa takut ini nantinya akan memengaruhi si anak dalam sosialisasinya dengan dunia luar.

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH
Pada usia prasekolah, anak mulai mengembangkan beberapa keterampilan sosial. Dalam proses sosialisasi menurut Albert Bandura, anak belajar peran gender, proses yang mereka gunakan untuk mendapatkan standar perilaku yang dapat diterima secara sosial dalam kultur mereka. Bandura memandang identitas gender sebagai hasil dari rangkaian pengaruh yang saling berinteraksi, sosial, dan personal7.
Anak bertambah pemahamannya terhadap diri sendiri, pemikiran, masa, hubungan sosial, dan bahasa8. Beberapa ciri sosial ciri anak prasekolah, yaitu9:
Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, dan mau bermain dengan teman. Sahabat yang mereka pilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
Anak terkadang lebih mudah bermain bersama dengan anak yang lebih besar.
Anak memiliki kemampuan untuk bermain bersama teman imajiner yang tidak ada dalam kenyataan. Sahabat imajiner yang ada dalam pikiran si anak membantunya untuk mewujudkan semua keinginannya. Sahabat imajiner tersebut dapat membantu anak menghadapi tantangan dan gagasan baru dengan cara yang lebih aman8.
Parten (1932) melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dalam “Social Participation among Preschool Children” , dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial:
a) Tingkah laku unoccupied, yaitu anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan hanya memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
b) Bermain soliter, yaitu anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, namun berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, selain itu mereka juga tidak berusaha untuk saling berbicara.
c) Tingkah laku onlooker, yaitu anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
d) Bermain pararel, yaitu anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain. Mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
e) Bermain asosiatif, yaitu anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f) Bermain kooperatif, yaitu anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.

PEMBAHASAN
Masa prasekolah sering dikatakan sebagai periode emas, yaitu masa di mana anak mulai mengalami perkembangan. Meskipun sejak lahir, seorang anak sudah mengalami pertumbuhan dan perkembangan, namun pada masa ini anak untuk pertama kalinya mulai dapat mengerti keadaan sekitar, serta dapat menunjukkan emosinya.
Pertumbuhann fisik anak prasekolah dapat terlihat dari hasil pengukuran yang mengalami pertambahan, baik berat badan, tinggi badan, volume otak, serta ukuran lingkar kepala. Selain itu, proporsi kepala dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya mengalami perubahan dibandingkan dengan pada saat lahir.
Sedangkan perkembangan anak usia prasekolah dapat ditinjau dari fisik, psikologis, maupun sosial. Ketiganya memiliki hubungan dan saling memengaruhi satu sama lainnya.
Perkembangan fisik anak usia prasekolah ditandai dengan bertambahnya kemampuan motoriknya, baik motorik halus maupun motorik kasar. Kemampuan motorik kasarnya yaitu dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan otot-otot besarnya, seperti duduk, berdiri, berjalan, berlari, melompat, menari, dsb.
Sementara motorik halus yaitu kemampuannya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan otot-otot kecil, seperti memegang, menulis, dan mengamati. Terkadang kemampuan motorik halus ini sering diabaikan oleh orangtua, padahal kemampuan anak dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut sangat dipengaruhi oleh kerja otak yang nantinya akan memengaruhi kemampuan kognitifnya.
Perkembangan psikologis anak usia prasekolah dapat dikatakan dalam tahap praoperasional menurut Piaget. Perkembangan psikologis anak prasekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain orangtua, lingkungan, faktor fisik, dan rasa takut. Kemampuan berbicara anak semakin bertambah, selain itu anak juga mulai dapat menunjukkan emosinya. Ketergantungannya terhadap orangtua mulai berkurang, dan digantikan dengan kebutuhannya untuk berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk teman sebayanya.
Dari interaksi yang dilakukan tersebut, perkembangan sosial anak mengalami perkembangan. Cara anak bermain dengan teman-temannya menunjukan bagaimana tipe anak berinteraksi dengan temannya menurut Parten.
Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia prasekolah sangat perlu diperhatikan. Karena berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak di masa yang mendatang. Perkembangan tersebut saling berkaitan. Kemampuan motorik memengaruhi kemampuan kognitifnya. Kemampuan sosialisasinya juga memengaruhi aspek-aspek kehidupan lainnya.
Orangtua sebaiknya mengasuh anak dengan pola asuh yang tepat, dengan memerhatikan faktor fisik serta lingkungannya. Pola asuh yang buruk dapat memberi dampak yang buruk kepada anak. Setiap anak memiliki rasa takut, rasa takut dapat menjadi berlebihan dan dapat menjadi pencemas. Jadi, sebaiknya tumbuh kembang anak diprehatikan dari setiap sisi.

DAFTAR RUJUKAN
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tumbuh kembang anak dan remaja. Ed. 1. Jakarta: Sagung Seto, 2002: 1; 58-9.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku kuliah 1: ilmu kesehatan anak. Ed. 9. Jakarta: Infomedika, 2000; 146-153.
3. Anonymous. Sampai Dimana Kemampuan Anak PraSekolah. 31 Mei 2009. (14 November 2009).
4. Hidayat AAA. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Ed. 1. Jakarta: Salemba Medika, 2005: 15-25.
5. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Ed. 1. Jakarta: EGC, 1995: 35.
6. Gunarsa SD. Dasar dan teori perkembangan anak. Ed. 6. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997: 153-61.
7. Papalia DE, Old SW, Feldman RD. Human development: Psikologi perkembangan. Alih bahasa. Anwar AK. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008: 381-403.
8. Mubayidh M. Kecerdasan dan kesehatan emosional anak: referensi penting bagi para pendidikan dan orangtua. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006: 65-6.
9. Fitri. Ciri anak prasekolah atau tk. 19 November 2008. (19 November 2009).
10. Silalahi W. Mengenal anak prasekolah. (19 November 2009).

TUGAS KELOMPOK CLEFT LIFT

PENDAHULUAN
Kelainan bibir sumbing dan langit-langit merupakan kelainan congenital pada wajah yang menyebabkan gangguan estetik maupun fungsi makan, Bila celah berada pada bagian langit-langit rongga mulut (palate), maka kelainan ini disebut cleft palate. Pada cleft palate, celah akan menghubungkan langit-langit rongga mulut dengan rongga hidung dan pernafasan. Prevalensi kelainan ini adalah 1 setiap 1000 kelahiran. Di Indonesia setiap tahun terdapat kira-kira 10000 kelahiran dengan sumbing. Penyebab kelainan ini belum dapat di pastikan sampai saat ini. Genetik, gizi yang buruk, lingkungan dan trauma pada kehamilan trimester pertama dilaporkan merupakan beberapa faktor penyebab.
Sekitar separuh dari semua kasus cleft melibatkan bibir atas dan langit-langit sekaligus. Celah dapat hanya terjadi pada satu sisi (unilateral) atau pada kedua sisi (bilateral) bibir. Cleft lip dan cleft palate terbentuk saat bayi masih dalam kandungan terjadi ketika jaringan dari bibir dan / atau langit-langit dari sebuah janin tidak tumbuh bersama-sama di awal kehamilan. Anak-anak dengan clefts seringkali tidak punya cukup jaringan di mulut mereka, dan jaringan mereka miliki tidak digabungkan bersama dengan baik untuk membentuk atap mulut mereka.
Tiga jenis clefts umum adalah:
1. cleft lip without a cleft palate (bibir sumbing tanpa langit-langit sumbing)
2. cleft palate without a cleft lip (sumbing langit-langit mulut tanpa bibir sumbing)
3. cleft lip and cleft palate together celah bibir dan langit-langit-langit bersama
Selain itu, clefts dapat terjadi di salah satu sisi mulut (clefting unilateral) atau pada kedua sisi mulut (bilateral clefting).

PEMBAHASAN
CLEFT LIP AND CLEFT PALATE
Bibir sumbing (cleft lip) adalah kelainan berupa celah pada bibir atas yang didapatkan seseorang sejak lahir. Bila celah berada pada bagian langit-langit rongga mulut (palate), maka kelainan ini disebut cleft palate. Pada cleft palate, celah akan menghubungkan langit-langit rongga mulut dengan rongga hidung.
Sekitar separuh dari semua kasus cleft melibatkan bibir atas dan langit-langit sekaligus. Celah dapat hanya terjadi pada satu sisi (unilateral) atau pada kedua sisi (bilateral) bibir. Cleft lip dan cleft palate terbentuk saat bayi masih dalam kandungan.
Gambar 2. Perbedaan antara cleft unilateral dan bilateral


Gambar 2. Perbedaan antara cleft unilateral dan bilateral

Selama 6 sampai 10 minggu kehamilan, tulang-tulang dan jaringan rahang atas bayi, hidung, dan mulut biasanya terbentuk bersama-sama untuk membentuk atap mulut dan bibir atas. Adanya suatu struktur yang tidak menutup pada bibir dan palatumnya ( langit langit mulut). Lebar dari celah ini bervariasi, dan beberapa celah juga bisa melibatkan bibir.
Hasilnya adalah hidung dan mulut akan tergabung menjadi satu kesatuan pada suatu rongga yang sama yang tidak tersekat oleh suatu palatum. Bayi akan kesulitan untuk makan atau kesulitan berbicara bila ia dewasa kelak. Suatu malocclusion( maloklusi ) bisa juga terjadi oleh karena kelainan ini, yang akan juga berakibat tidak teraturnya susunan geligi dan pembentukan atau formasi dari rahang. Jika jaringan mulut dan langit-langit mulut tidak menyatu bersama, bayi dapat lahir dengan suatu kondisi yang disebut bibir sumbing atau langit-langit mulut sumbing, atau keduanya.
Langit-langit adalah atap dari mulut dan memiliki dua bagian utama. Bagian depan belakang gigi keras dan bagian belakang dekat tenggorokan lembut. Pada bayi dengan sumbing langit-langit mulut, ada celah antara langit-langit mulut dan hidung. Pembukaan ini mungkin hanya melalui bagian dari langit-langit mulut (baik bagian lunak atau keras bagian) atau melalui seluruh langit-langit mulut. Langit-langit mulut sumbing lengkap terjadi ketika sisi kiri dan kanan dari atap mulut tidak menyatu bersama di tengah. Dalam banyak kasus, seorang bayi lahir dengan sumbing langit-langit juga memiliki bibir sumbing.
Bayi yang lahir dengan bibir sumbing memiliki celah atau lubang di bibir atas. Dengan unilateral cleft lip, kesenjangan hanya pada satu sisi baik bibir bawah kiri atau kanan lubang hidung dan mungkin memperpanjang ke dalam hidung. Hidung bayi dengan unilateral cleft lip mungkin terlihat miring dan datar pada satu sisi. Bayi yang lahir dengan bibir sumbing bilateral memiliki kesenjangan di kedua sisi bibir, dan mereka mungkin memiliki perpecahan dalam bibir yang meluas ke kedua lubang hidung.. Hal ini dapat menyebabkan hidung terlihat lebih luas dan lebih pendek dibandingkan dengan orang normal. Dalam kebanyakan kasus, sumbing terjadi hanya di bibir atas dan tidak mempengaruhi bibir bawah.
Bibir sumbing sendirian dan bibir sumbing dengan langit-langit sumbing lebih sering terjadi pada anak laki-laki, sementara sumbing langit-langit mulut tanpa bibir sumbing lebih sering terjadi pada anak perempuan.
PENYEBAB CLEFT LIP AND PALATE
Proses terbentuknya kelainan ini sudah dimulai sejak minggu-minggu awal kehamilan ibu. Saat usia kehamilan ibu mencapai 6 minggu, bibir atas dan langit-langit rongga mulut bayi dalam kandungan akan mulai terbentuk dari jaringan yang berada di kedua sisi dari lidah dan akan bersatu di tengah-tengah. Bila jaringan-jaringan ini gagal bersatu, maka akan terbentuk celah pada bibir atas atau langit-langit rongga mulut.
Sebenarnya penyebab mengapa jaringan-jaringan tersebut tidak menyatu dengan baik belum diketahui dengan pasti. Tapi faktor penyebab yang diperkirakan adalah kombinasi antara faktor genetik dan faktor lingkungan seperti obat-obatan , penyakit atau infeksi yang diderita ibu saat mengandung, konsumsi minuman beralkohol atau merokok saat masa kehamilan. Resiko terkena akan semakin tinggi pada anak-anak yang memiliki saudara kandung atau orang tua yang juga menderita kelainan ini, dan dapat diturunkan baik lewat ayah maupun ibu.
Cleft lip dan cleft palate juga dapat merupakan bagian dari sindroma penyakit tertentu. Kekurangan asam folat juga dapat memicu terjadinya kelainan ini ataupun karena konsumsi beberapa macam obat dalam jangka panjang atau faktor hereditec.
Faktor Herediter
Sebagai faktor yang sudah dipastikan.
Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan.
• Mutasi gen.
• Kelainan kromosom
Faktor Lingkungan:
• Faktor usia ibu
• Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid
• Nutrisi
• Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
• Radiasi
• Stres emosional
• Trauma, (trimester pertama)

TUGAS JURNAL DHE 1

MENYIKAT GIGI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENYINGKIRAN PLAK
Romauli Margareth
Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155

Abstract
Nowadays, oral hygiene is one of the most important things in our healthcare. It’s many of problems which often we meet in, for example is plaque. Plaque can cause other periodontal problem, like caries. We can clean and remove plaque with several ways, and one of those is with tooth brushing. The effectiveness of tooth brushing is dependent upon a number of factors, including the design of toothbrushes, the type of toothpaste used, and probably most important the method and frequency with which the person uses the brush. There are some methods or techniques in tooth brushing which known, and these are named by the direction of tooth brushing and the name of researcher who discover that technique.
Keywords: plaque, toothbrush, toothpaste, plaque improvement with tooth brushing

PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini, kesehatan gigi dan mulut di beberapa negara berkembang telah mengalami peningkatan. Namun kesehatan gigi dan mulut masih merupakan tantangan masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditangulangi6.
Salah satu masalah yang kerap kali kali muncul ialah plak. Menurut drg. Boediharjo, Msc , plak adalah lapisan tipis, lunak, lekat, tidak berwarna, dan mengandung bakteri1. Plak ini selalu terbentuk pada permukaan gigi, meskipun gigi selalu dibersihkan. Plak merupakan penyebab utamanya terjadi karies dan penyakit periodontal.
Salah satu cara yang paling mudah dan dapat kita lakukan sendidri adalah menyikat gigi. Menyikat gigi adalah penyingkiran plak secara mekanis yang juga bertujuan untuk mencegah timbulnya plak3. Dalam menyikat gigi, kita harus memperhatikan sikat gigi dan pasta gigi yang kita gunakan.
Dengan menjaga kebersihan mulut dan gigi kita dengan menyikat gigi, kita dapat terhindar dari timbulnya plak yang dapat mengakibatkan penyakit periodontal lainnya seperti karies gigi.

PLAK
Plak atau debris adalah lapisan tipis,tidak berwarna, mengandung bakteri melekat pada permukaan gigi4. Plak merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Plak ini tidak berwarna, oleh karena itutidak terlihat dengan jelas. Untuk melihatnya plak perlu diberi perwarna.
Plak selalu terbentuk dalam mulut dan akan membentuk asam. Asam terbentuk jika kita makan makanan yang mengandung gula, sehingga plak akan bergabung dengan gula dan merubah gula menjadi asam. Asam ini akan menyerang email gigi dalam waktu 20 menit setelah makanan tadi dimakan. Jika asam ini menyerang gigi berulang-ulang, maka email gigi akan rusak dan kemudian terjadi lubang pada gigi tersebut1,2.
Jika plak tidak dihilangkan secara cermat, maka plak akan mengalami pengapuran dan menjadi keras. Plak yang mengeras ini dapat dilihat dengan jelas oleh mata kita, dan biasnya dikenal dengan nama karang gigi1,8. Plak yang sudah mengeras ini tidak bias dihilangkan dengan menggunakan sikat gigi ataupun benang gigi. Untuk menghilangkan karang gigi dibutuhkan bantuan dokter gigidengan menggunakan alat khusus.
Jika karang gigi tidak dihilangkan, plak akan terbentuk terus di atas karang gigi an infeksi akan menyebar. Gusi akan terpisah dari gigi, membentuk ruangan yang dalam dan ditempati bakteri bahkan kadang-kadang nanah. Akhirnya penyakit ini menyerang dan menyerang dan merusak tulang. Jika sampai pada tahap ini penderita tidak mendapatkan perawatan, selanjutnnya gigi dapat tanggal sendiri tanpa pencabutan, meskipun dari luar gigi tampak sehat, tanpa karies1.

MENYIKAT GIGI
Menyikat gigi, sejauh ini merupakan salah satu komponen terpenting dalam kesehatan gigi dan mulut dan terletak dalam tingkatan teratas dalam penerimaannya oleh masyarakat. Bukan hanya menyangkut kesehatan di seputar mulut saja, lebih dari itu, dengan mencegah penyakit gigi ada penyakit lain yang bisa dicegah.
Di kota industri, 80-90% dari populasi penduduknya menyikat gigi mereka satu atau dua kali sehari6. Oleh karena itu, menyikat gigi dapat kita lakukan sehari-hari sebagai salah satu kontrol plak yang juga dapat berfungsi sebagai pencegahan terhadap penyakit periodontal8.
Dalam menyikat gigi, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan antara lain sikat gigi dan pasta gigi. Selain alat yang digunakan, juga mengenai teknik menyikat gigi yang benar perlu kita perhatikan agar efektivitasnya sebagai kontrol plak dapat maksimal. Juga waktu atau durasi, yaitu sebaiknya setiap setelah makan dan dengan durasi sekitar dua menit.
Di bawah ini akan diuraikan mengenai aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalm menyikat gigi.
A. Sikat Gigi
Asal mula sikat gigi untuk membersihkan gigi tidak diketahui. Manusia zaman dulu mengunyah ranting-ranting kayu yang beraroma untuk membersihkan gigi dan gusi serta menyegarkan nafas. Dari studi terdahuku diketahui bahwa orang Afrika mengunyah ranting kayu tidak hanya untuk mambersihkan gigi saja, tetapi juga mencegah timbulnya plak, karena ranting kayu yang dikunyahnya mengandung minyak antibakteri dan tanin. Orang Arab menggunakan sepotong kecil akar pohon arak yang disebut siwak (Salvadora persica) untuk membersihkan gigi mereka karena serabutnya mirip seperti bulu sikat gigi. Sampai sekarang, orang Arab masih menggunakan siwak dari jenis kayu beraroma3.
Pada masa modern sekarang ini, orang-orang pada umumnya sudah menggunakan sikat gigi. Jenis sikat gigi ada dua yaitu manual dan elektrik, namun ada juga sikat gigi khusus yang ditujukan pada orang-orang tertentu.
1. Sikat Gigi Manual
Terdiri atas kepala sikat (head), bulu sikat (bristle), dan gagang sikat (handle). Umumnya kepala sikat bervariasi, bentuknya ada yang segiempat, oval, segitiga atau trapezium agar bisa disesuaikan dengan anatomi individu yang berbeda. Selain itu ujung bulu sikat ada yang lurus bergelombang, dan ada juga yang saling silang. Kekerasan bulu sikat juga bervariasi seperti keras (hard), sedang (medium), dan lunak (soft).
Yang penting diingat bahwa sikat gigi orang dewasa harus berbeda dari sikat gigi anak-anak, baik ukuran kepala sikat yang lebih kecil maupun kekerasan bulu sikatnya. Sikat gigi dengan dengan bulu-bulu yang keras akan merusak gigi dan gusi7. Desain tangkai sikat gigi yang ada di pasaran umumnya lurus, namun belakangan ini sudah banyak dimodifikasi untuk mendapatkan pegangan sikat gigi yang lebih baik.
2. Sikat Gigi Elektrik (Powered Tootbrush)
Kebanyakan kepala sikat gigi elektrik lebih kecil dari sikat gigi manual dan biasanya dapat dibuka-buka untuk diganti3. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa sikat gigi elektrik lebih efektif dalam menyingkirkan plak. Sikat gigi elektrik juga menyebabkan lebih sedikit abrasi gigi dan restorasi5. Hal ini mungkin disebabkan karena penggunaan sikat gigi elektrik lebih mudah dan memudahkan bagi penggunanya yang belum mampu menyikat giginya secara manual, sehingga dapat menghemat waktu dan tidak memerlukan keterampilaan khusus untuk menggunakannya.
3. Sikat Gigi Khusus
Sikat gigi khusus biasanya ditujukan untuk pemakai pesawat ortodonti, perokok, pasien yang sulit bergerak,dan setelah bedah periodontal. Bagi pemakai pesawat otodonti, dianjurkan untuk memakai dua buah sikat gigi khusus, yaitu sikat gigi vertikal dan horizontal. Sikat gigi khusus ini dipakai karena mampu membersihkan plak dan sisa kotoran yang menempel di sela-sela gigi dan kawat yang tidak bias dijangkau oleh sikat gigi biasa.
B. Pasta Gigi
Secara sederhana, pasta gigi diartikan sebagai campuran yang digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan gigi. Di pasaran pasta gigi tersedia dalam bentuk tepung, pasta atau gel dan semuanya dijul untuk kebutuhan kosmetik atau terapeutik3.
Di pasaran terdapat berbagai jenis pasta gigi yang digunakan oleh masyarakat, yaitu:
• Pasta gigi yang mengandung baking soda
• Pasta gigi terapeutik
• Pasta gigi profilaksis
• Pasta gigi antitartar
• Pasta gigi antihipersensitif
• Pasta gigi pemutih
• Pasta gigi tanpa fluor, dll.
Pasta gigi yang beredar merupakan perpaduan bahan alami dan ilmiah. Pemilihan pasta gigi yang tepat juga membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut. Pasta gigi yang mengandung perpaduan bahan alami (jeruk nipis, garam, dan daun sirih) untuk merawat kesehatan gigi dan mulut secara alami dan bahan ilmiah (kalsium dan fluor) sebagai perliundungan maksimum agar gigi tidak mudah berlubang9.
Pasta gigi yang baik digunakan dalam pencegahan plak adalah pasta gigi yang mengandung fluor. Fluor akan bereaksi dengan enamel, membuat enamel lebih tahan terhadap kerusakan. Fluor yang berada dalam pasta gigi ini akan mencegah kerusakan gigi jika dipakai secara teratur dan terus-menerus. Di Eropa, pasta gigi yang mengandung 1500 ppm dijual sebagai produk kosmetik, sedangkan fluor dengan konsentrasi yang lebih tinggi hanya tersedia sebagai produk yang harus diberikan untuk resep.
C. Teknik serta Durasi Menyikat Gigi
Banyak metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan para ahli, dan kebanyakan metodenya dikenal dengan namanya sendiri seperti metode Bass, Stillman, dan Charters, atau disesuaikan dengan gerakannya.
Teknik penyikatan metode Bass dianjurkan untuk penyikatan gigi secara rutin sehari-harinya pada individu yang tidak memiliki kelainan periodontal serta dikonsentrasikan untuk membersihkan gigi pada daerah interproksiamaldan daerah sulkus gingival. Metode Stillman yang dimodifikasi dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi gingival yang parah disertai dengan tersingkapnya akar gusi. Metode Charter dianjurkan untuk penyikatan sementara pada daerah penyembuhan luka pasca perawatan bedah periodontaluntuk mendapat efek masase gingival.
Sedangkan berdasarkan gerakannya teknik menyikat gigi dikenal secara vertical, horizontal, rotary, vibratory, dan teknik up and down3. Namun demikian, teknik apapun yang digunakan, tujuan utama menyikat gigi adalah menyingkirkan plak dari permukaan gigi dan sulkus gingival, dengan kerusakan jaringan pendukung seminimal mungkin.
Selain itu juga yang perlu kita perhatikan adalah waktu atau durasi dalam menyikat gigi yang baik dan benar. Yaitu setiap sehabis makan serta dengan durasi kira-kira dua menit, walaupun rata-rata orang hanya menghabiskan waktu 46 detik untuk menyikat gigi dan hanya dua kali sehari.

PEMBAHASAN
Kebersihan gigi dan mulut perlu kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara efektif yang dapat berfungsi sebagai kontrol plak adalah dengan menyikat gigi. Kontrol plak maksudnya yaitu untuk mencegah dan menyingkirkan plak atau debris yang dapat terbentuk dengan sendirinya setiap hari. Dengan menyikat gigi sebagian besar plak dapat disingkirkan atau dibersihkan, oleh karena itu perlu kita perhatikan beberapa aspek yeng berperan dalam menyikat gigi.
Aspek-aspek yang perlu kita perhatikan yaitu alat dan bahan yang kita gunakan serta metode atau teknik menyikat gigi yang benar. Alat dan bahan yang kita gunakan yaitu sikat gigi dan pasta gigi. Sedangkan teknik menyikat gigi yaitu bagaimana prosedur atau cara kita menggunakan sikat gigi, seperti gerakan dan arah gerakannya.
Sikat gigi yang digunakan dalan menyikat gigi harus disesuaikan dengan keadaan gigi penggunanya. Orang dewasa dan anak-anak tidak sama dalam penggunaan sikat gigi karena struktur giginya berbeda. Setiap orang memiliki bentuk dan struktur gigi yang berbeda, serta kebiasaan atau keadaan yang berbeda juga. Namun pada umumnya, faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih sikat gigi adalah warna ; promosi melalui iklan maupun secara langsung oleh dokter gigi ; maupun harga atau nilai ekonomisnya.
Selain sikat gigi, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pasta gigi. Pasta gigi yang digunakan juga harus disesuaikan dengan penggunanya. Oleh karena itu di pasaran kini telah beredar berbagai macam pasta gigi, ada pasta gigi untuk anak-anak, gigi sensitive, dan lain-lain. Dan pasta gigi yang baik dalam pencegahan dan penyingkiran plak adalah yang mengandung fluor. Fluor tersebut juga dapat berperan dalam pencegahan karies yang diakibatkan oleh timbulnya plak.
Menyikat gigi akan membersihkan gigi dari plak dan kotoran dari sisa-sisa makanan yang dapat bergabung dengan plak dan menimbulkan asam yang dapat merusak gigi dan menimbulkan karies. Oleh karena itu kita harus cermat dalam menyikat gigi sehingga gigi dan gusi benar-benar bersih. Beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain :
a) Sisa makanan di bawah garis gusi atau batas antara gigi dan gusi sering tidak kena sikat gigi. Untuk mengatasinya, arahkan bulu sikat gigi dengan sudut 450 terhadap garis gusi dengan lembut, gerakkan sikat ke depan dan ke belakang.
b) Untuk membersihkan permukaan yang lurus, gunakan cara ke arah bawah untuk gigi atas, dan ke arah atas untuk gigi bawah.
c) Sikat permukaan gigi. Gunakan bulu-bulu sikat sampai ke dalam celah dan lekukan gigi.
Selain itu, frekuensi dalam menyikat gigi juga perlu kita perhatikan. Pada umumnya orang menggosok gigi dua kali sehari dengan durasi kira-kira dua menit. Akan tetapi sebenarnya menyikat gigi sebaiknya dilakukan setiap makan, sehingga sisa makanan yang ada dapat tersingkirkan.
Menyikat gigi bukanlah satu-satunya cara dalam kontrol plak. Karena sesungguhnya dengan hanya menyikat gigi dua kali dan dalam durasi dua menit hanya akan menyingkirkan plak sekitar setengahnya. Sedangkan sisanya akan menumpuk dan terus berkembang menjadi karang gigi.
Oleh karena itu juga dianjurkan untuk berkumur dengan obat kumur yang mengandung fluor. Air minum di negara maju pada umumnya telah dibuat mengandung fluor yang diketahui dapat membantu mencegah karies.. Juga dapat menggunakan benang gigi atau Dental Floss untuk membersihkan sela-sela gigi.. Sebaiknya juga rajin untuk kontrol rutin setiap enam bulan sekali ke dokter gigi untuk memeriksa apabila timbul karang gigi ataupun karies yang ditimbulkan oleh asam dari plak sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan.

DAFTAR RUJUKAN
1. Boedihardjo. Pemeliharaan kesehatan gigi keluarga. Ed. 1. Surabaya: Airlangga University Press, 1985: 30-32.
2. JO Forest. Pencegahan penyakit mulut. Alih bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates, 1989: 24-27.
3. Sondang P, Hamada T. Pemeliharaan rongga mulut (oral care). Dalam: Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 69-90.
4. Damanik S, Sinaga ED. Efek penyuluhan dan pelatihan dalam penurunan indeks plak pada murid-murid kelas IV dan V di dua SD Negeri Medan. Dentika Dental Journal 2002; 7 (1): 1-5.
5. Dewi O. Pemilihan sikat gigi individual. Dentika Dental Journal 2003; 8 (1): 54-60.
6. A Frandsen. Mechanical oral hygiene practices. In: H Loe, DV Kleinman. Proceedings from a State of the Science Workshop, 1986: 93-109.
7. Setyaningsih N. Pentingnya kebersihan mulut. 2009. (5 Oktober 2009).
8. Elitha E. Menyikat gigi, flossing, dan berkumur cegah kerusakan gigi. 17 Januari 2009. (5 Oktober 2009).
9. Jayadi. Upaya pencegahan periodontitis. 11 september 2009. (5 Oktober 2009).

TUGAS JURNAL PEDO I

PERAWATAN STAINLESS STEEL CROWN BERJENDELA PADA GIGI DEPAN SULUNG
Romauli Margareth
Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155

Abstract
Stainless steel crown can be used to overcome problems in pediatric dentistry with three or more carious surface when there is an inadequate retention of amalgam or the other restoration. It is a strong restoration, not easily to fracture, attached strongly to the tooth until its time for the tooth to pull out. But, the poor aesthetics of the stainless steel crown make it less desirable than the composite resin. However, there is a method to overcome that problems, it is to make facing by cutting and disposing some of the labial part crown and then covered by similarly tooth color material.
Keywords: stainless steel crown, stainless steel crown for anterior teeth, stainless steel crown for primary teeth


PENDAHULUAN
Anak-anak maupun orang dewasa pada umumnya rentan terhadap karies. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain kebiasaan buruk, gizi, kebersihan rongga mulut, dan lain sebagainya. Pada anak-anak, terkadang karies tersebut dapat berupa keries yang sudah meluas melebihi tiga daerah permukaan gigi. Untuk mengatasinya, kita dihadapkan dengan beberapa pilihan, antara lain amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca, maupun stainless steel crown.
Bila dibandingkan antara stainless steel crown dengan amalgam, stainless steel crown memiliki keuntungan yang lebih. Hal ini termasuk biaya yang lebih murah, perlindungan gigi dari kerusakan yang lebih parah, chair-time pasien yang lebih sedikit, tidak mengalami perubahan warna, daya tahan yang lebih baik, tidak terdapat merkuri, dan mampu mendapatkan kembali dimensi vertikal (yang mungkin berubah akibat gigi yang rusak) serta mempertahankan oklusi (Salama dan Myers,1992).1
Penggunaan resin komposit pada gigi sulung juga bermasalah, karena pemberian etsa pada gigi sulung seringkali gagal. Hal ini disebabkan karena sebagian besar permukaan email gigi sulung tidak memiliki lapisan prisma.
Semen ionomer kaca walaupun baik digunakan untuk gigi sulung, karena adanya mekanisme pelepasan fluor yang berguna untuk proses remineralisasi. Namun memiliki kekurangan, yaitu mudah abrasi.
Dibandingkan dengan bahan tumpatan lain, stainless steel crown memiliki kelebihan, yaitu lebih tahan lama, dan ekonomis. Stainless steel crown merupakan restorasi kuat, tidak mudah fraktur, jarang rusak sampai beberapa tahun selama masih berada di tempatnya, melekat erat ke gigi sampai waktunya tanggal. 2,3
Akan tetapi, stainless steel crown juga memiliki kelemahan, yaitu dari segi estetis. Kekurangan restorasi ini adalah warna perak yang sangat mengganggu estetis, terutama waktu berbicara dan tersenyum khususnya gigi anterior rahang atas.3,4
Helpin (1983) telah menguraikan metode untuk memperbaiki penampilan gigi insisivus dengan mahkota stainless steel, dengan pembuatan jendela dengan menggunting sebagian mahkota bagian labial, sehingga menghasilkan bentuk retensi inter-locking secara mekanis dan kemudian melapisinya dengan bahan tambalan yang sewarna dengan gigi, misalnya resin komposit, self curing acrylic.3

INDIKASI PEMAKAIAN STAINLESS STEEL CROWN 2,4
Stainless steel crown dapat digunakan untuk merestorasi gigi sulung yang telah mengalami karies dengan daerah yang luas, karena jaringan gigi yangv tidak cukup untuk retensi tumpatan.
Selain itu, dekalsifikasi yang meluas pada satu permukaan juga merupakan indikasi pemasangan stainless steel crown.
Pada anak-anak dengan rampant karies, stainless steel crown juga lebih efektif dan cepat, serta ekonomis untuk merestorasi gigi anterior dan posterior. Stainless steel crown merupakan restorasi mahkota penuh ,menutupi gigi secara keseluruhan sehingga kemungkinan terjadinya sekunder karies menjadi kecil.

Rampant karies
Sebagai penyerta dari perawatan saluran pulpa. Sebab preparasi dalam perawatan saluran pulpa, akan banyak dentin yang dibuang, akibatnya crown akan menjadi rapuh dan mudah fraktur, terutama di bagian mesiodistal. Oleh karena itu, penggunaan stainless steel crown sesuai untuk dilakukan.
Penggunaan stainless steel crown juga dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan perkembangan enamel, seperti pasien dengan gangguan amelogenesis atau dentinogenesis imperfecta.
Pada kasus pasien dengan severe bruxism, dan fraktur gigi insisivus, dapat kuga diindikasikan pemakaian stainless steel crown. Untuk gigi insisivus permanen yang fraktur, juga dapat digunakan stainless steel crown tersebut. Selain itu, penggunaan stainless steel crown juga dapat menjadi space maintainer bagi pertumbuhan gigi permanen berikutnya.


PENATALAKSANAAN3
Mahkota dapat dipilih berdasarkan model yang telah dibuat. Model pada restorasi stainless steel crown terdiri atasmodel sebelum dan sesudah preparasi. Model sebelum preparasi adalah model yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan ukuran mahkota dan dibuat pada kunjungan awal pasien ke dokter gigi.
Model setelah preparasi, adalah model yang dibuat setelah gigi pasien selesesai dipreparasi. Model ini dipakai untuk mengetahui apakah preparasi gigi telah sempurna, disamping itu juga untuk menyesuaikan mahkota gigi yang telah dipreparasi, serta untuk mengevaluasi oklusi.
Ukuran bentuk mahkota harus mempunyai besar yang cukup untuk dipasangkan pada gigi dan sedikit dapat dirotasi. Jika terlalu pas kemungkinan terjadi kesulitan untuk mendudukkan mahkota hanya dengan tekanan jari.


PREPARASI GIGI2,3
Tujuan preparasi gigi adalah menyediakan ruang yang cukup untuk stainless steel crown, membuang jaringan karies, dan meninggalkan jaringan gigi yang cukup untuk retensi. Sebelum melakukan preparasi, gigi sebaiknya dilakukan anestesi terlebih dahulu, yang disertai dengan pemasangan rubber dam. Preparasi dilakukan dengan menggunakan bur diamond berbentuk flame dan tapered.
Preparasi pada bagian insisal dikurangi 1,5 mm, sebaiknya menggunakan bur diamond taperedatau bur No. 169L, permukaan interproksimal dikurangi 0,5-1,0 mm. Dinding interproksimal bagian distal dan mesial dibuat sejajar. Permukaan fasial juga dikurangi 0,5-1,0 mm dan permukaan lingual 0,5 mm. kemudian tepi-tepi preparasi dibulatkan.

PEMILIHAN DAN PENYESUAIAN CROWN2,3
Pemilihan crown dapat dilakukan dengan cara trial and error, sesuai dengan lebar mesiodistal gigi. Crown yang dipilih bukan saja sesuai dengan ukurannya, tetapi juga dapat merestorasi gigi tersebut kembali ke bentuk dan fungsi semula. Selain itu, crown yang tepat akan menghasilkan kontak dengan gigi tetangga yang baik.
Untuk menyesuaikan panjang mahkota yang berlebih dapat dikurangi dengan cara menggunting bagian servikalnya. Mahkota harus berada 1 mm di bawah puncak gingival dan mempunyai tinggi sebanding dengan gigi tetangga. Perlu diingat bahwa mahkota insisivus lateral rahang atas selalu lebih pendek 0,5-1,0 mm dari insisivus sentral. Mahkota logam anterior secara umum tidak membutuhkan banyak trimming. Jika dibutuhkan trimming, sebaiknnya dilakukan dengan menggunakan stone bur berkecepatan rendah. Lalu mahkota dicoba lagi, bila terlalu menekan dapat menyebabkan gingival berwarna pucat.
Stainless steel crown untuk gigi anterior sering membutuhkan perubahan bentuk servikal sebelum penempatan, karena mahkota dibuat dalam bentuk yang oval dengan dimensi fasio-lingual yang kecil. Pembentukan mahkota untuk meningkatkan dimension fasio-lingual dilakukan dengan sedikit menekan mahkota bagian mesio-distal menggunakan tang Howe No. 110.
Mahkota ditempatkan kembali pada gigi yang telah dipreparasi atau model untuk melihat apakah terkunci tepat pada tempatnya dan tidak mudah dikeluarkan. Pada tahap ini oklusi diperiksa untuk memastikan mahkota tidak terlalu tinggi atau rendah sehingga menyebabkan oklusi yang traumatik. Tepi crown diusahakan dapat masuk ke bawah gingival antara 0,5-1,0 mm. sebelum dicoba lagi ke dalam mulut pasien, sebaiknya crown dihaluskan dengan green stone dan rubber wheel. Contouring dan crimping dapat dilakukan bersamaan pada waktu mencoba dan menggunting crown. Sonde dapat digunakan untuk memeriksa adaptasicrown terhadap gigi.
Tahap selanjutnya adalah penghalusan stainless steel crown. Daerah tepi crown dihaluskan dengan menggunakan green stone membentuk sudut 450. Rubber wheel dapat digunakan untuk menghasilkan tepi crown yang halus.
Setelah preparasi dan penyesuaian mahkota selesai, gigi dan mahkota dicuci dan dikeringkan, lau isolasi gigi dengan gulungan kapas dan saliva ejector dipasang. Permukaaan dentin yang terbuka dapat dilindungi dengan pelapik kavitas seperti Ca(OH)2.
Sementasi merupakan prosedur yang penting dalam restorasi stainless steel crow. Semen yang dapat digunakan adalah semen zink-phosphat, polikarboksilat, zink oxide eugenol, dan semen ionomer kaca, karena semen jenis ini mengeluarkan fluor terus menerus dan mempunyai ikatan yang baik terhadap dentin maupun email.
Stainless steel crown yang telah siap untuk dipasang kemudian diberi semen dan dipasangkan ke gigi. Setelah posisinya tepat, kemudian ditekan dengan jari, dan anak diminta untuk mengigit tounge blade yang diletakkan pada insisal mahkota. Oklusi diperiksa untuk memastikan bahwa mahkota tidak tertekan jauh diii atas tepi preparasi. Semen yang berlebih dibuang, yaitu daaari sulkus gingival dan daerahinterdental dengan menggunakan sonde serta benang gigi, lalu dikeringkan.




PEMBUATAN JENDELA3
Mahkota yang telah disemen bagian labialnya, dipotong untuk membuat jendela dengan menggunakan bur No.330 dan No.35. jendela dibuat dengan meninggalkan mahkota bagian tepi ±1 mm dari puncak gingival dan bagian mesio-distal. Menggunakan bur kerucut No.35, semen dibuang sampai kedalaman 1 mm. undercut yang dikenal juga sebagai retensi mekanis atau retensi interlocking harus ada pada semua tepi yang dapat dibentuk dengan bur No.35 atau bur bulat No.1/2. Haluskan pinggiran jendela mahkota dengan fine green atau white stone.
Setelah pembuatan jendela dilakukan, kemudianjendela tersebut diidi dengan bahan yang sewarna gigi, misalnya self curing acrylic atau resin komposit. Untuk menghaluskan permukaan resin tambalan, pemolesan dapat dilakukan dengan disk dari diamond.



KESIMPULAN
Stainless steel crown merupakan restorasi pilihan terbaik terutama untuk gigi sulung dengan karies yang luas ataupun trauma yang patah. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai perawatan lanjutan dari perawatan saluran akar, serta untuk menangani kasus kelainan dalam perkembangan jaringan keras gigi seperti amelogenesis imperfecta.
Kekurangan stainless steel crown dari segi estetisnya yaitu berwarna keperakan, dimana tidak menyerupai warna gigi asli. Hal ini mengganggu terutama untuk penggunaannya pada gigi anterior.
Namun, keadaan ini dapat diatasi dengan pembuatan jendela pada bagian labial mahkota. Jendela yang dimaksud adalah mempreparasi bagian labial tersebut, dan sebagai gantinya diisi dengan lapisan sewarna gigi seperti resin komposit, self curing acrylic, dan kompomer, sehingga gigi tersebut dapat dipertahankan hingga waktunya tanggal.

DAFTAR RUJUKAN
1. Tiara A. Stainless steel crown. 13 Mei 2011. . (23 September 2011).
2. Boenjamin F, Jeddy. Restorasi karies luas pada gigi sulung dengan stainless steel crown. Dentika Dental Journal 2001; 6 (1): 64-9.
3. Hermina T. Mahkota stainless steel dangan jendela untuk restorasi gigi anterior sulung. Dentika Dental Journal 2001; 6 (2): 330-3.
4. Stephen HY, Wei. Pediatric dentistry: total patient care. Ed.1. Philadelphia: Lea & Febiger, 1988: 224-231.