Total Tayangan Halaman

Sabtu, 30 April 2011

Analogi 1: Bumi, bulan, matahari.


Matahari begitu mempesona. Memang, kami hanya bertemu 10thn sekali, yaitu pada saat gerhana. Dimana semua kegelapan menutupi bumi. Tapi, aku tidak pernah bisa melupakan kilau cahayanya.

Aku, matahari, dan bumi sudah cukup lama bersama. Kami selalu berjalan berdampingan, membentuk struktur cakrawala yg disebut manusia sbagai rotasi dan revolusi.

Meskipun kami dalam galaksi yg sama,yaitu bima sakti, kami benar2 jarang berpapasan apalagi untk bertegur sapa.

Tapi, siapa sangka? Aku bisa jatuh cinta kepadanya. Aku adalah bulan. Aku yang hanya bisa memantulkan cahaya dari matahari, sosok tergagah di di galaksi bima sakti ini.

Setiap menjelang pagi, aku selalu tak sabar untuk melihat semburat cahayanya yg bgitu terang memesona.

Oh matahari. . . Apa kau tau perasaanku? Apa qta bisa bersama?

Tapi, aku tau. Jawabannya adalah tidak. Karena bila kita bersama, yg ada hanya kegelapan.

Aku iri dgn bumi. Dia selalu dapat memandangmu. Kami bersama2 mengelilingimu, tp mengapa aku tidak bisa bersamamu?

Haruskah aku menjadi pecahan astroid? Bintang? Atau debu di luar angkasa?


Dari bulan, si pemantul cahaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar