Total Tayangan Halaman

Selasa, 16 Juni 2015

Gigi Tiruan Cekat


ILMU GIGI TIRUAN CEKAT
Ilmu gigi tiruan cekat adalah ilmu yang mempelajari perawatan untuk memperbaiki/menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang rusak atau hilang sengan suatu restorasi berupa mahkota tiruan atau gigi tiruan jembatan yang dilekatkan secara permanen didalam mulut.

Berdasarkan prinsip perawatan dalam bidang prostodonsia, yaitu rehabilitasi system stomatognatik , maka tujuan perawatan dengan gigi tiruan cekat, adalah memperbaiki :
  1. Fungsi pengunyahan
  2. Fungsi Estetis
  3. Fungsi bicara
  4. Keadaan lokal (dalam mulut) dan kesehatan umum
  5. Rasa nyaman
  6. Rasa percaya diri

Macam gigi tiruan cekat :
1.       Mahkota tiruan (Artificial crown/Full crown)
Adalah restorasi yang menggantikan sebagian atau seluruh bagian jaringan mahkota gigi yang sudah rusak/hilang, dipasang secara pemanen dengan semen.

Berdasarkan banyaknya jaringan permukaan mahkota gigi atau jaringan mahkota gigi yang digantikan, maka dibedakan atas :
  1. Mahkota tiruan penuh (Full Veneer Crown)
  2. Mahkota tiruan sebagian (Partial Veneer Crown)
  3. Mahkota tiruan pasak (Dowel/Post and Core Crown)

2.       Gigi tiruan jembatan (Bridge work)
Adalah restorasi (gigi tiruan) yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi geligi asli, dilekatkan secara permanent dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh satu atau lebih gigi atau akar gigi atau implant yang telah dipersiapkan.

Macam-macam gigi tiruan jembatan :
1.      Gigi tiruan jembatan konvensional 
a.     Rigid Fixed Bridge
Gigi tiruan jembatan yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi yang berurutan, didukung oleh 1 atau lebih gigi penyangga pada masing-masing ujung diastema, dan dalam pemakaiannya tidak ada pergerakan individual dari gigi penyangga.
Indikasi :
–          Untuk kehilangan 1-4 gigi secara berurutan
–          Pada tekanan kunyah yang normal atau besar
–          Gigi penyangga yang pendek
–          Salah satu gigi penyangga goyang derajat 1 (tanpa kelainan periodontal atau paska terapi periodontal)
-           Pada gigi molar maupun premolar yang mudah karies, dimana beban pengunyahan besar, maka dipilih agar diperoleh retensi yang maksimum

Keuntungan :
–          Indikasi terluas
–          Memiliki efek splinting terbaik
       -         Tidak mudah lepas.
       -         Dapat melindungi gigi dari karies.
- Preparasi, pencetakan, pembuatan dan penyemenan mudah.Syarat khusus :
–          Gigi penyangga baik posisi dan inklinasinya harus sejajar atau bila vital dapat dibuat sejajar tanpa membahayakan pulpa (misalnya salah satu gigi penyangga miring 15-200)

- Tidak mudah mengalami distorsi di bawah tekanan daya kunyah

b.      Semi Rigid Fixed Bridge
Fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 atau 2 gigi didukung oleh satu atau lebih gigi-gigi penyangga pada tiap ujung diastema dan memberikan pergerakan individual terbatas pada gigi penyangganya pada waktu berfungsi.
c.       Cantilever Bridge
Merupakan fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 gigi dan didukung oleh satu atau lebih gigi penyangga hanya pada satu sisi saja.
d.      Kombinasi Bridge
Bridge yang terdiri dari beberapa macam fixed bridge yang disatukan.
e.       Modifikasi Bridge
Merupakan fixed bridge yang dimodifikasi karena keadaan tertentu.

2.      Gigi tiruan jembatan ‘sophisticated’
  1. Implant Bridge
  2. Adhesive Bridge (Maryland Bridge)

 Jenis Retainer : Retainer ekstrakoronal
Alasan: Retainer yang dipakai adalah retainer ekstrakoronal dimana retainer berada diluar bidang mahkota gigi karena pada kasus ini akan menggunakan mahkota logam berlapis porselen.
Kelebihan Extra Coronal Retainer :
Sanggup menerima beban pengunyahan yang besar
Mudah dibuat

Retainer adalah bagian dari jembatan yang menjangkarkan jembatan ke gigi penyangga. Jenis  jenis retainer antara lain:
Intra koronal retainer : terletak di dalam bagian mahkota gigi.
Ekstra koronal retainer : terletak di luar bagian mahkota gigi
Intra radikular retainer : diindikasikan untuk gigi non vital setelah perawatan endodontik (mahkota pasak).
Jenis yang dipilih adalah retainer ekstra koronal, karena terletak diluar bagian mahkota gigi.

- Tipe dasar pontik : Sanitary pontic
Ada 5 tipe pontik yaitu :
Sanitary Pontik : permukaan dasar tidak kontak dengan linggir alveolus
Indikasi : Gigi Premolar dan Molar RB
Spheroidal Pontik : mirip dengan Sanitary Pontik tapi dasarnya kontak dengan
linggir alveolus.
      Indikasi : RB anterior
3. Ridge Lap Pontik : bagian labial berkontak dan bagian palatal menjauhi linggir alveolus.
      Indikasi : RA anterior dan posterior
4.   Saddle Pontik :  modifikasi Ridge Lap Pontik tapi dasar pontik yang kontak  dengan linggir alveolus lebih luas.
Indikasi : RA anterior
5.  Conical Root Pontik : dasar pontik masuk sekitar 2 mm dalam socket gigi yang baru dicabut.
      Indikasi : Jembatan, immediate

Jenis-Jenis GTJ
  1. Fixed-fixed bridge atau GTJ Lekat
  2. Semi-fixed (Fixed-Movable) bridge atau GTJ setengah lekat
  3. Cantilever (Swing On) bridge atau GTJ lekat sebelah
  4. Spring Cantilever bridge atau GTJ konektor panjang.
  5. Compound Bridge
  6. Adhesive Bridge
Fixed-Fixed Bridge
  • Konektor kaku pada kedua ujung pontik, minimal 3 unit.
  • Anterior atau posterior, RA atau RB
GTJ Lekat anterior:
  • > gigi tetangga rotasi atau kelainan posisi.
  • > gigitan palatum
  • > berhub dgn fungsi bicara.
  • > tipe retainer: mahkota penuh, pasak, mahkota sebagian.
  • > Jenis pontik: Saddle pontik
  • > Bahan: all porcelain, kombinasi
GTJ Lekat Posterior
  • > Tipe retainer: mahkota penuh, uplay, mahkota sebagian, inlay.
  • > Tipe pontik: Saddle Pontic, Sanitary Pontic.
Fixed Moveable (semi fixed) Bridge/ GTJ setengah lekat
Salah satu pontik dihubungkan pd retainer dgn konektor non rigid, sedangkan yang satunya dihubungkan dengan konektor rigid.
Keuntungan:
  • Dapat mengatasi kesulitan melakukan insersi.
  • Tidak mengganggu pergerakan individual gigi penyangga.
  • Efek stress breaker.
Indikasi:
  • salah satu gigi penyangga miring.
  • terdapat pier abutment.
Regio anterior:
indikasi: kehilangan Incisivus lateral RA, salah satu penyangga dirawat endo.
Retainer: mayor (mhkt pigura,mhkta ¾), minor (inlay klass III, mhkt pigura, mhkta Selberg).
Regio posterior
indikasi: Tekanan kunyah ringan, kehilangan tidak lebih dari 1, salah satu penyangga miring.
Retainer: Mayor (mhkta penuh, mhkta 4/5), Minor (mhkta penuh, mhkta sebagian, inlay klas II).
Cantilever Bridge  (GTJ Lekat Sebelah)/Swing on Bridge
Salah satu sisi pontik dihubungkan oleh konektor rigid, sedangkan sisi yg lainnya melayang.
Keuntungan:
  • > Desain sederhana
  • > tidak mengalami kesulitan insersi
  • > pekerjaan klinik dan lab tidak lama
  • > tidak membuang jaringan sehat terlalu banyak
  • > estetik memuaskan
Indikasi:
> Terutama kehilangan gigi anterior, dgn keadaan sbb:
  • * Tekanan kunyah yang ringan
  • * Ruang anodonsia kurang
  • * gigi tetangga malposisi
> Menggantikan P1 dengan penyangga        P2 dan M1 pada RA/RB
• Retainer: mhkt penuh, mhkt sebagian, pin-lay crown.
Spring Cantilever Bridge (GTJ Konektor Panjang)
  • Konektor panjang, retainer terletak jauh dari pontik.
  • Kehilangan gigi anterior, dengan penyangga gigi posterior.
  • Bersifat pegas
Indikasi:
> kehilangan gigi anterior
  • * gigi tetangga lemah
  • * multiple diastema anterior
  • * tekanan kunyah ringan
Kontra indikasi:
  • > kehilangan gigi depan lebih dari satu
  • > deep bite
  • > bentuk palatum yg kurang menguntungkan
Keuntungan:
  • > estetik memuaskan
  • > angka rata2 kegagalan rendah
  • > mudah memperbaiki pontik, tanpa membongkar semua komponen GTJ.
Tipe pontik: Jacket Pontik
Bentuk konektor: konektor panjang dgn jarak thd mukosa 0,2-0,4mm
Retainer: mahkota pigura, mahkota 4/5
Compound Bridge  (GTJ Gabungan)
  • Menyederhanakan suatu kompleks GTJ menjadi 2 GTJ sederhana.
  • Memperkecil kemuungkinan terjadinya kegagalan.
  • Tidak mengorbankan gigi sehat terlalu banyak.
  • Memudahkan melakukan insersi
Adhesive Bridge
• Kekuatan retensi pada:
  • > ikatan resin thd enamel
  • > daya kohesi resin
  • > ikatan resin thd dasar logam
Indikasi:
  • > kehilangan 1 atau tidak lebih dr 2 gigi, dengan tekana kunyah ringan.
  • > servikal sempit (incisivus bawah)
  • > Px tidak tahan duduk lama.
  • > Px masih muda.
  • > Gigi penyangga sejajar
Kontraindikasi:
  • > tekanan kunyah besar
  • > gigi dgn karies besar
  • > kehilangan gigi lebih dr 2 unsur
  • > gigi dgn cacat enamel
TAHAP PROSEDUR PERAWATAN

1. Preparasi gigi penyangga
Contoh kasus kehilangan gigi 36 sehingga gigi penyangga adalah gigi 35 dan 37.  Menurut Hukum Ante: jumlah luas membrana periodontal dari gigi-gigi penyangga harus sama atau lebih besar dari jumlah luas membrana periodontal gigi yang diganti. Luas membrana periodontal diperkirakan dengan melihat rontgen foto.

Gigi 35 :
Anestesi lokal dengan menggunakan anastesi Articaine dengan adrenalin.
Buat depth guide dengan menggunakan bur silindris pada permukaan oklusal dengan kedalaman ± 1-1,5 mm.
Preparasi bidang oklusal dengan menggunakan bur silindris sebanyak 2 mm.
Preparasi bidang proksimal dengan menggunakan bur fisur secara hati hati. Kemudian bentuk konus dengan bur kerucut dan bentuk tepi akhiran servikal berbentuk shoulder.
Buat depth guide dengan menggunakan bur silindris pada permukaan bukal dan lingual dengan kedalaman ± 1-1,5 mm.
Preparasi bidang bukal dan lingual  dengan menggunakan bur kerucut sebanyak 2 mm dan pembuatan akhiran servikal preparasi berbentuk shoulder pada bagian bukal dan berbentuk chamfer pada bagian lingual.
Bulatkan seluruh preparasi agar tidak ada bagian yang tajam.

Gigi 37 :
Anestesi lokal dengan menggunakan anastesi Articaine dengan adrenalin.
Buat depth guide dengan menggunakan bur silindris pada permukaan oklusal dengan kedalaman ± 1-1,5 mm.
Preparasi bidang oklusal dengan menggunakan bur silindris sebanyak 2 mm.
Preparasi bidang proksimal dengan menggunakan bur fisur secara hati hati. Kemudian bentuk konus dengan bur kerucut dan bentuk tepi akhiran servikal berbentuk shoulder.
Buat depth guide dengan menggunakan bur silindris pada permukaan bukal dan lingual dengan kedalaman ± 1-1,5 mm.
Preparasi bidang bukal dan lingual  dengan menggunakan bur kerucut sebanyak 2 mm dan pembuatan akhiran servikal preparasi berbentuk shoulder pada bagian bukal dan berbentuk chamfer pada bagian lingual.
Bulatkan seluruh preparasi agar tidak ada bagian yang tajam.

Macam-Macam Bentuk Akhiran Servikal
1. Flat Shoulder (900)
Bentuk akhiran ini diindikasikan pada bagian labial gigi anterior
rahang atas dan rahang bawah serta gigi posterior rahang atas.
Bentuk ini kontraindikasi pada gigi yang kecil dan pada pasien muda.
2. Shoulder beveled
Bentuk ini diindikasikan pada gigi posterior mandibula atau untuk permukaan gigi yang tidak mementingkan estetis. Diindikasikan
untuk mahkota berlapis porselain.
3. Sloped shoulder (chamfer)
Bentuk ini diindikasikan untuk permukaan gigi bagian lingual atau palatal mahkota logam keramik dan mahkota logam.
 4. Chisel edge
Bentuk ini diindikasikan untuk preparasi
permukaan proksimal atau lingual.
5. Shoulderless (knife edge)
Bentuk ini lebih sering diindikasikan pada gigi yang kecil.
Knife edge juga digunakan pada bagian proksimal
gigi yang miring untuk menghindari terkenanya pulpa
di proksimal. Diindikasikan untuk mahkota pelapis sebagian
dan mahkota penuh dari logam pada gigi posterior.


2. Retraksi Gingiva
Retraksi gingiva yaitu suatu tindakan membuka tepi gusi ke arah lateral dari tepi preparasi, tujuannya agar sewaktu mencetak fisiologis, bahan cetak dapat masuk ke dalam sulkus gingiva sehingga daerah step/ servikal preparasi dapat tercetak dengan akurat.

Macam-macam retraksi gingiva:
Secara mekanis
Mahkota sementara yang berisi gutta-percha lunak diletakkan pada gigi yang telah dipreparasi.
Gutta-percha yang berlebih akan keluar dan mendorong gingiva ke lateral.
Mahkota dilepaskan dari gigi dan gutta-percha yang berlebih dirapikan
Bila dipasang ke gigi yang dipreparasi akan mendorong gusi secara baik.
Mahkota sementara dipasang pada gigi yang telah dipasang selama 12 jam.
Secara kemis
Serat-serat kapas dipintal ke dalam larutan tawas
Kemudian serat tersebut dikeringkan.
Masukkan ke dalam sulkus gingiva selama kurang lebih 10 menit.
Tepi gingiva akan retraksi.
Secara kemis-mekanis
Benang yang telah diukur sepanjang keliling gigi kemudian dipotong.
Benang dicelupkan ke dalam adrenalin.
Benang dimasukkan ke dalam sulkus gingiva selama 5-10 menit.
Akan terjadi vasokontriksi sehingga gingiva retraksi.
Kelebihan:
     - Vasokonstiktif
     - Hemostatis
Kekurangan:
    - Efek sistemik: sindrom epinephrine
    - Resiko nekrosis jaringan
    - Resiko inflamasi gingiva
    - Hiperemia rebound
Secara bedah
Dengan menggunakan elektroda (electrode surgery), dinding gingiva dibuang sedikit sehingga gingiva terbuka.
Pada pekerjaan klinik dilakukan: secara kemis mekanis, yaitu:
Persiapan daerah retraksi
Pengukuran benang retraksi pada penyangga
Merendam benang retraksi dalam larutan adrenalin
Penempatan benang retraksi ke dalam sulkus gingiva ±10 menit
Pengambilan benang retraksi dari dalam sulkus gingiva

3. Cetakan fisiologis
Pembuatan Sendok Cetak Fisiologis
- Lapisi model anatomis dengan wax setebal 2-3 mm untuk spacer (tempat bahan cetak).
- Beri stopper di tempat yang tidak dipreparasi untuk ruang bahan cetak.
- Lapisi bahan separasi.
- Aduk akrilik, letakkan diatas wax dengan ketebalan 1-2 mm.
- Bentuk tangkai sendok cetak.
- Setelah keras, lepas sendok cetak dari model.
- Bebaskan wax.
- Pinggir sedok cetak dihaluskan dengan bur.

Bahan cetak yang dipakai untuk cetakan fisiologis adalah : Putty Wash


Teknik pencetakan : pencetakan two step technique.
Pada pencetakan ini, bahan putty dicetakkan pertama sekali ke seluruh gigi termasuk gigi penyangga yang dipreparasi. Setelah bahan putty mengeras atau setting, benang retraksi diletakkan di gigi penyangga dan ditunggu beberapa saat untuk retraksi gingiva. Kemudian benang retraksi dicabut dan bahan wash dicetakkan ke gigi penyangga agar bahan wash mengisi tepi akhiran servikal gigi penyangga

4. Pembuatan mahkota sementara
Self curing acrilic: mahkota dan jembatan
Teknik tidak langsung:
Cetak gigi penyangga yang telah dipreparasi dengan menggunakan alginat kemudian diisi dengan dental stone.
Selanjutnya cetak kembali model anatomis yang belum dipreparasi dengan alginate.
Aduk akrilik sampai homogen dan tuangkan ke dalam cetakan alginate.
Masukkan cetakan dental stone ke dalam model dengan gigi yang telah dipreparasi, tekan dengan tekanan yang cukup.
Tunggu sampai akrilik mengeras sempurna.
Lepaskan cetakan.
Lakukan pemolisan.

Keuntungan pembuatan mahkota sementara dengan teknik tidak langsung:
Lebih aman terhadap gigi karena menghindari adanya rasa ngilu dan rasa panas sewaktu akrilik mulai mengeras terhadap gigi yang telah dipreparasi.


5. PEMILIHAN WARNA GIGI
 Vita 3D shade guide, diperhatikan value, chroma, dan hue. Pada pasien warna gigi menunjukkan hasil A3.


6. Passen coping
- Model fisiologis dikirim ke Laboratorium Uji FKG USU untuk pembuatan coping.
- Sesudah coping dibuat, coping dipassenkan pada gigi penyangga sebelum dibuat jembatan porselen. Hal yang harus diperhatikan:
1. Pemeriksaan coping apakah sesuai dengan path of insertion (arah pasang)
2. Pemeriksaan batas akhiran servikal preparasi
3. Pemeriksaan jarak oklusal dan ketebalan bagian bukal dan palatal untuk menilai tempat porselen
- Apabila coping sudah pas dan tidak ada traumatik oklusi, coping dikirim kembali ke Laboratorium Uji FKG USU untuk dilakukan sandblasting dengan alumina oxide yang berfungsi untuk membersihkan bahan coping yang kemudian dibuat porselen.


7. Pasang sementara GTC
Jembatan porselen yang telah di-glazing dipasang uji selama satu minggu untuk mengevaluasi kedudukan dan reaksi rongga mulut terhadap GTC.
Pemeriksaan kontur dan anatomis
Pemeriksaan adanya traumatik oklusi
Try in atau pasang percobaan GTC dengan sementasi menggunakan zinc oxide eugenol selama 1 minggu.
Yang harus diperhatikan adalah :
Kontak proksimal antara GTC dengan gigi sebelahnya
Pemeriksaan pada tepi GTC tidak boleh menekan gingiva
Retensi
Kemampuan GTC untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan gigi tiruan kearah oklusal.
Cara mengecek retensi gigi tiruan adalah dengan cara: memasang gigi tiruan tersebut ke dalam mulut pasien. Jika tidak mempunyai retensi maka gigi tiruan tersebut akan terlepas setelah dipasang, namun jika tidak terlepas berarti gigi tiruan tersebut sudah mempunyai retensi.
Stabilisasi
Merupakan perlawanan atau ketahanan GTC terhadap gaya yang menyebabkan perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada mastikasi.
Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara: menekan bagian gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat tes ini.
Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior.
Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi
Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka terjadi traumatik oklusi oleh karena itu dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective grinding.
Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.


8. Pasang tetap GTC
Satu minggu setelah pemasangan sementara GTC dilakukan evaluasi secara klinis dan subjektif untuk melihat apakah ada keluhan rasa sakit, inflamasi atau traumatik oklusi.
GTC dibuka dan sisa-sisa semen sementara dibersihkan.
Dilakukan pasang tetap GTC dengan glass ionomer cement.
Satu minggu kemudian dilakukan kontrol untuk melihat GTC, jaringan lunak disekitar GTC dan apakah ada keluhan terhadap hasil pemasangan GTC

Kontrol dan Pemeliharaan GTC
Kontrol dilakukan satu minggu setelah pemasangan tetap. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat kontrol :
Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan Objektif
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan objektif :
Oral Hygiene
Oklusi
Inflamasi Perkusi dan Palpasi
Pemeliharaan GTC :
Konsumsi makanan yang berserat dan tidak terlalu keras
Cara menyikat gigi yang benar dan pembersihan daerah GTC dengan dental floss
Kontrol secara periodik.

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)

Menjelang posttest besok, jadi sudah mulai brlajar dari kemarin sore dan googling2 sedikit.  Soo...mau share dari yang saya dapat.

Penjelasan Singkat Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)

Penjelasan Singkat Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) - Pada postingan kali ini saya akan menjelaskan secara singkat apa itu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan yang biasa dikenal dengan GTSL / GTS.
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan adalahgigi tiruan yang menganti gigi asli yang hilang sebagian, yang dapat dilepas oleh pasien (Osborne, 1959).Menurut Applegate (1959), gigi tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat yang berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai pegangan.
Indikasi Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan ( GTSL ):
Hilangnya satu gigi atau lebih.
Keadaan yang baik dari gigi yang masih tinggal dan memenuhi syarat sebagai gigi pegangan.
Keadaan prosessus alveolaris yang masih baik.
Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik.
Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan

Tujuan pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan ( GTSL ) adalah :
·mengembalikan fungsi pengunyahan/ mastikasi
·mengembalikan fungsi keindahan atau estetik
·mengembalikan fungsi bicara atau phonetik
·membantu mempertahankan gigi yang masih tinggal
· memperbaiki oklusi
·meningkatkan distribusi beban kunyah
· Kesehatan umum pasien dan kebersihan mulut pasien baik.

Keuntungan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan ( GTSL ) adalah :
1. Pasien dapat memakai dan melepas sendiri sehingga mudah dan cepat dalam membersihkannya.
2.Mudah dipreparasi bila ada kerusakan.
3. Harganya relatif murah jika dibandingkan dengan GTC.

Macam – macam Gigi Tiruan Sebagian Lepasan ( GTSL )GTS :

1.Berdasarkan jaringan pendukungnya :
a. tooth supported : dukungannya berupa gigi asli
b. mucosa supported : dukungannya berupa mukosa ujung bebas
c. mucosa and tooth supported :dukungannya berupa mukosa ujung bebas dan gigi asli (Victor, 1975)

2.Berdasarkan saat pemasangannya :
a.immediate protesa : segera dipasang setelah pencabutan
b.conventional protesa :tidak segera dipasang setelah pencabutan

3. Berdasarkan bahan yang digunakan:
a. Frame atau metal protesa
b. Akrilik protesa
c. Vulcanite protesa (Itjiningsih, 1980)

4. Berdasarkan ada / tidaknya sayap/ wing bagian bukal :
a. Open face, dibuat tanpa gusi tiruan/wing di bagian bukal/ labial (umumnya untuk gigi anterior)
b. Close face, dibuat dengan gusi tiruan/wing di bagian bukal/ labial (umumnya untuk gigi posterior)

5.Berdasarkan letak dari daerah yang tidak bergigi menurut Kennedy, cit. Soelarko R. M. dan Wachijaati H., (1980):
Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang tertinggal pada kedua belah sisi  (bilateral Free end).
Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang tertinggal tetapi hanya pada satu sisi saja (unilateral free end).
Klas III
Daerah yang tidak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada di bagian posterior (bounded saddle).
Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati median line.
Bila daerah tak bergigi tambahan oleh Kennedy disebut sebagai modifikasi kecuali kelas IV tidak ada modifikasi

6. Berdasarkan letak sadel dan free end menurut Applegate Kennedy
a. Klas I
Daerah tanpa gigi terletak di bagian posterior dari gigi tertinggal pada kedua sisi rahang (bilateral free end)
b. Klas II
Daerah tanpa gigi terletak di bagian posterior dari gigi yang tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang (unilateral free end)
c. Klas III
Daerah tidak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada; kedua gigi tetangga tidak mampu memberi dukungan pada gigi tiruan
d.Klas IV
Daerah tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis median
e.Klas V
Daerah tidak bergigi paradental di mana gigi asli anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan
f.Klas VI
Daerah tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga asli dapat dipakai sebagai penahan.

7.  Berdasarkan letak klamer menurut Miller:

a. Klas I
 Menggunakan dua buah klamer dimana klamer-klamer tersebut lurus berhadapan dan tegak lurus median line.
b.Klas II
Menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan membentuk garis diagonal serta melewati median line.
Klas III
Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis, merupakan suatu segitiga yang terletak di tengah gigi tiruan.
Klas IV
Menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis lurus, merupakan suatu segi empat yang terletak di tengah gigi tiruan.

8. Cummer Mengklasifikasikan berdasarkan letak cangkolan
Klas I Diagonal, yang menggunakan 2 buah cangkolan berhadapan diagonal
Klas II Diametric, yang menggunakan 2 cangkolan yang berhadapan tegak lurus
Klas III Unilateral, cangkolan terletak pada satu sisi rahang
Klas IV Multilateral, cangkolan dapat berupa segitiga maupun segiempat
Menurut Austin dan Lidge (1957) gigi tiruan mempunyai beberapa komponen.

Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan ( GTSL ) bahan akrilik antara lain :
1. Basis
Suatu bagian GTSL yang terbuat dari akrilik untuk mendukung gigi tiruan dan memindahkan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya.
2.Cangkolan atau klamer
Bagian GTSL yang terletak di abutment dan terbuat dari kawat tahan karat. Fungsi dari klamer yaitu mencegah pergerakan gigi tiruan ke arah oklusal dan mencegah tekanan oklusal yang berlebihan pada jaringan di bawahnya. Retainer ada dua macam yaitu : a. Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang menahan terlepasnya GTSL secara langsung, berupa lengan retentive ; b. Retainer tidak langsung (indirect retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang menahan GTSL secara tidak langsung, berupa lengan pengimbang, sandaran/ rest (bagian dari cangkolan yang bersandar pada bidang oklusal atau incisal gigi pegangan yang memberikan dukungan vertikal terhadap gigi tiruan).
3. Gigi pengganti
Bagian GTSL yang mengganti gigi yang hilang.

Faktor – faktor yang perlu diperhatikan menentukan disain GTSL adalah sebagai berikut :

1.Retensi
Merupakan kemampuan GTS dalam melawan gaya pemindah yang cenderung melepaskan GTS ke arah oklusal.
Daya perlawanan terhadap lepasnya protesa atau gigi tiruan ke arah oklusal. Faktor pemberi retensi antara lain kualitas klamer, oclusal rest , contour, landasan denture, oklusi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension.

2. Stabilisasi
Merupakan kemampuan GTS untuk menahan gaya yang cenderung menggerakkan gigi tiruan dalam arah horizontal. Stabilisasi ini sangat tergantung pada garis retensi yang dibuat pada gigi pegangan, dan dapat berupa aktivitas otot saat berbicara, mastikasi, tertawa, batuk, bersin dan gravitasi untuk rahang atas.
Perlawanan atas ketahanan terhadap perpindahan tempat GTSL dalam arah horizontal dalam keadaan berfungsi. Stagnasi ditentukan oleh tiga titik sandaran yang harus meliputi luas permukaan yang sebesar – besarnya agar beban yang diterima protesa setiap unit bisa sekecil mungkin. Dalam hal ini semua bagian cengkeram berfungsi kecuali bagian terminal/ ujung lengan retentive. Gigi yang mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi, sedangkan gigi yang mempunyai retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.

3. Estetika
Penempatan cangkolan harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam posisi apapun. Selain itu gigi tiruan harus tampak asli dan pantas untuk tiap pasien. Hal ini meliputi warna gigi, posisi dan inklinasi tiap gigi, gingival contouring harus sesuai dengan keadaan pasien dan perlekatan gigi di atas ridge.

Dalam prostodonsia, yang berhubungan dengan permukaan GTSL adalah :
a. Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam  posisi bagaimanapun.
b. Gigi tiruan harus tampak asli dan pantas untuk tiap – tiap pasien meliputi warna dan inklinasi/ posisi gigi.
c. Gambaran counturing harus sesuai dengan keadaan pasien.
d. Perlekatan gigi diatas ridge.

Syarat – syarat pemilihan gigi abutmen/ gigi pilar/ gigi penyangga yang digunakan sebagai pegangan klamer adalah :
1.  Gigi pilar harus cukup kuat.
a.Akarnya panjang
b. Masuk kedalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar
c.Makin banyak akar makin kuat
d. Gigi pilar tidak boleh goyang
e. Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi penyangga.
2. Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang digunakan.
3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus alveolaris, gigi yang letaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk pilar.
4. Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan.
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi yang letaknya sejajar.

Untuk mendapatkan GTSL yang baik dalam memenuhi fungsinya maka pengetahuan yang dimiliki operator harus memadai disamping itu perlu kerjasama yang baik dengan pasien. Jika pasien sadar akan arti pentingnya GTSL maka hal ini akan sangat mendukung keberhasilan dari perawatan tersebut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan GTSL adalah :
1. harus tahan lama
2. dapat mempertahankan dan melindungi gigi yang masih ada dan jaringan sekitarnya.
3. tidak merugikan pasien
4. mempunyai konstruksi dan desain yang harmonis

   
Fungsi sandaran / rest :
a.Menyalurkan tekanan oklusal dari gigi tiruan ke gigi pegangan
b.Menahan lengan cengkeram tetap pada tempatnya
c.Mencegahnya lengan cengkeram mekar/terbuka akibat tekanan oklusal.
d.Mencegah ekstrusi gigi pegangan
e.Mencegah terselipnya sisa makanan
f.Menyalurkan sebagian gaya lateral ke gigi pegangan
g.Memperbaiki oklusi
h.Sebagai retensi tidak langsung
i.Dapat sebagai splint dan mencegah kerusakan jaringan periodontal

Retainer
a. Direct Retainer
Merupakan bagian dari cangkolan GTS yang berguna untuk menahan terlepasnya gigi tiruan secara langsung. Direct retainer ini dapat berupa klamer/cengkeram dan presisi yang berkontak langsung dengan permukaan gigi pegangan. Ciri khas cangkolan tuang oklusal adalah lengan-lengannya berasal dari permukaan oklusal gigi dan merupakan cangkolan yang paling sesuai untuk kasus-kasus gigi tiruan dukungan gigi karena konstruksinya sederhana dan efektif.
Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah terlepasnya gigi tiruan ke arah oklusal. Prinsip desain cangkolan yaitu pemelukan, pengimbangan, retensi, stabilisasi, dukungan, dan pasifitas.
Macam-macam cangkolan menurut Ney, yaitu : Akers clasp, Roach clasp, kombinasi Akers-Roach, Back Action clasp, Reverse back Action clasp, Ring clasp, T clasp, I clasp, dan Compound clasp / Embrasure clasp.

b. Inderect Retainer
Inderect Retainer adalah bagian dari GTS yang berguna untuk menahan terlepasnya gigi tiruan secara tidak langsung. Retensi tak langsung diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum tempat gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat berupa lingual bar atau lingual plate bar.

Basis landasan
Basis adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan bagian untuk mengganti jaringan alveolaris yang hilang dan tempat melekatnya anasir gigi tiruan.
Fungsi basis :
a.Sebagai pondasi utama gigi tiruan
b.Melanjutkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung
c.Menunjang kebersihan dan perbaikan estetis
d.Memberikan stimulasi jaringan dibawahnya terutama kasus tooth borne.
e.Memberikan retensi dan stimulasi.
Keuntungan basis gigi tiruan kerangka akrilik: penghantar termis, ketepatan dimensional, kebersihan terjamin, kekuatan maksimal, dengan ketebalan minimal.

Gigi tiruan pengganti
Merupakan bagian GTS yang berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan gigi yaitu : ukuran, bentuk, warna, dan bahan.