Mario....
Hujan turun lagi...
Kau dengar Mario? Hujan turun
lagi, kubilang.
Mario, ingatkah janjimu sore itu?
Ketika kita bersama dibawah paying tenda tempat kita berteduh dari hujan
sembari saling mengenggam tangan kita satu sama lain.
Mario, ingatkah janjimu sore itu?
Ketika kita saling memandang, tanpa berkedip, seolah-olah kita tak mau
melewatkan sedetikpun momen kebersamaan kita ini.
Mario....
Hujan turun lagi...
Hujan semakin deras, dan angin
pun semakin kencang.
Apa kabarmu Mario?
Apakah di sana hujan? Atau cerah?
Ataukah bersalju??? Aku tak tau, musim apa sekarang di Berlin. Bahkan aku tidak
tau apa pun tentang Berlin. Aku hanya tau dua hal. Berlin ada di Jerman, dan
dirimu ada di sana.
Mario...
Angin di sini sangat kencang. Aku
ingat kamu tidak terbiasa dengan angin kencang. Medan terlalu panas katamu,
tapi angin kencang juga tidak sesuai untukmu.
Lucu.... Setiap aku mengingat
kamu menggigil kedinginan setiap selesai mengantarku pulang setelah kita
berjalan-jalan.
“Percuma badanmu besar, tapi kamu
gak kuat kena angin.” Kataku sambil tertawa.
“Apa hubungannya? Kamu kan duduk
dibelakangku, jadi angin yang kena ke kamu tak sekencang aku.”Kilahmu.
“Ngeles...wooo...” Ledekku sambil
mencubit hidung besarmu.
“Dasar hidung jambu!” Kataku
sambil tersenyum melihatmu meringis kesakitan.
“Duh sakit.... Kamu nih kenapa
sih senang cubitin idungku...”
“Biarin... weeekk...”
“Raina...Raina..” Katamu sambil
tersenyum lembut.
Mario...
Tahukah kamu, setiap melihat
tetesan air yang membasahi bumi ini, aku selalu teringat dirimu. Aku teringat
dengan kebersamaan kita.
Aku bahkan masih bisa mengingat
dengan jelas bentuk hidung jambumu itu, garis bibirmu yang tipis, atau matamu
yang sipit tapi dengan bulu mata yang super lentik. Haha...
Mario....
Hujan semakin deras... Dan aku
tak bisa kemana-mana...
Seandainya kau ingat
janjimu,Mario...
Ingat janjimu untuk mengembalikan
payungku.
Pasti aku sekarang sudah bisa
pergi ke luar rumah.
“Dasar hidung jambu!”
Medan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar